TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump naga-naganya bakal memindahkan kantor kedutaan besarnya dari Tel Avi ke Yerusalem.
Bila rencana itu terjadi, AS dan Israel bukan saja membalikkan konsensus internasional mengenai Yerusalem melainkan juga dituding sebagai pelaku kejahatan perang.
Menurut Nabil Shaath, pejabat senior dan mantan Menteri Luar Negeri Palestina, bangsa Palestina dan dunia Arab akan memberikan pesan yang sangat jelas bila rencana pemindahan itu benar terwujud.
"Pemindahan kedutaan sama dengan mengakui bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Itu adalah sebuah kejahatan perang," katanya kepada Al Jazeera.
Angkatan bersenjata Israel telah memberikan masukan kepada pemerintahan Benjamin Netanyahu agar mengesampingkan rencana pemindahan tersebut sebagaimana diberitakan oleh koran Yedioth Ahronoth.
Dalam pandangan intelijen militer Israel, pemindahan kedutaan besar AS ke Yerusalem akan mendapatkan perlawanan keras dari kelompok Islam di dalam negeri Israel.
Aksi itu juga disusul dengan kerusuhan di daerah pendudukan Palestina, termasuk di Yordania yang secara resmi menjadi pengawal masjid Al-Aqsa.
Militer Israel sangat yakin pemindahan itu mengobarkan semangat perlawanan di dunia Islam dan meningkat menjadi ancaman serangan teror terhadap Israel dan situs-situs Yahudi di seluruh dunia.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN