TEMPO.CO, Manila - Kepala Kepolisian Filipina Ronald dela Rosa mengumumkan penghentian sementara operasi antinarkotik, menyusul dugaan keterlibatan polisi unit satuan narkotik dalam penculikan dan pembunuhan seorang pengusaha Korea Selatan.
Laporan tentang keterlibatan polisi unit narkotik dalam penculikan dan pembunuhan warga Korea Selatan membuat Presiden Rodirgo Duterte memerintahkan kepala kepolisian membersihkan aparatnya. “Kami akan membersihkan organisasi lebih dulu seperti perintah Presiden. Setelah itu kami dapat meneruskan perang terhadap kartel narkoba,” kata Dela Rosa seperti dikutip Reuters, Senin, 30 Januari 2017.
Baca: Pengusaha Korea Selatan Ini Tewas Dibunuh Polisi Filipina
Pengumuman ini hanya beberapa jam setelah Dela Rosa mengakui kepada wartawan di Markas Kepolisian Nasional Filipina mengenai keterlibatan polisi dalam penculikan dan pembunuhan pengusaha Korea Selatan, Jee Ick-joo. “Semua polisi jahat, waspadalah. Kami tidak lagi berperang dengan kartel narkoba. Kami berperang melawan kalian,” ujar Dela Ros.
Perang antinarkoba yang dilancarkan polisi Filipina selama ini dilakukan dengan mendatangi satu per satu rumah tersangka bandar narkotik. Operasi kontroversial yang diprotes Perserikatan Bangsa-Bangsa dan internasional ini dilaporkan telah menewaskan lebih dari 2.000 tersangka bandar narkotik hingga warga sipil tak berdosa.
Penghentian sementara perang terhadap narkoba disambut baik Senator Leila De Lima, pengkritik utama Duterte. Meski begitu, bekas menteri hukum pada era presiden Benigno Aquino III ini mendesak agar perang terhadap narkoba dihentikan selamanya. “Seharusnya Presiden dan kepala kepolisian menghentikan operasi yang menyebabkan tewasnya banyak orang. Operasi ini juga menjadi tameng kejahatan bagi polisi jahat,” tutur De Lima kepada stasiun televisi ANC.
REUTERS | ANC | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI