TEMPO.COWashington—Ratusan pengacara bergerak ke seluruh bandara di Amerika Serikat akhir pekan lalu, untuk membantu para imigran yang terlantar akibat larangan masuk bagi warga dari tujuh negara Muslim yang diteken Presiden Donald Trump.
Seperti dilaporkan The Washington Post, Senin 30 Januari 2017, terminal kedatangan internasional di Dulles, Washington, Virginia hingga Chicago dan San Francisco di pesisir Barat, menjadi tempat konsultasi gratis bagi imigran yang membutuhkan bantuan hukum.
Baca: Donald Trump Mengaku Tak Larang Muslim Masuk AS, Tapi..
Para pengacara membawa poster menyambut kedatangan imigran maupun keluarga yang membutuhkan bantuan. Mereka kemudian menggunakan meja-meja restoran untuk bekerja.
Hal ini misalnya terlihat di bandara internasional John F. Kennedy di Jamaica, New York pada Sabtu dan Ahad lalu.
Diawali oleh lembaga advokasi imigran New York Immigration Coalition, para pengacara dari kelompok lain pun berduyun-duyun memberikan bantuan.
“Dukungan para pengacara sangat luar biasa,” kata Deborah Axt dari lembaga advokasi Make the Road New York kepada wartawan. “Mereka bergerak memobilisasi diri untuk membantu imigran dan keluarga yang terdampak.”
Amber Murray, pengacara dari organisasi No One Left Behind, mendatangi bandara Dulles, Washington, untuk memastikan tiga keluarga asal Afganistan yang memperoleh visa khusus dapat masuk ke Amerika Serikat.
“Tidak boleh ada orang yang didiskriminasi karena agama. Ini melanggar nilai dasar Amerika,” tutur Murray yang fasih berbahasa Arab.
Namun situasi buruk terjadi di bandara Dulles, Washington. Otoritas bandara melarang para pengacara bertemu dengan imigran yang ditahan.
“Kami sulit membantu ketika tidak memiliki daftar nama dan asal negara para imigran,” ujar Michael Lukens, Direktur pro bono untuk Capital Area Immigrants’ Rights Coalition.
Meski begitu, dukungan pengacara yang dilakukan secara spontan dan dimotori di sosial media seperti menyuarakan ribuan orang yang memprotes aturan kontroversial Gedung Putih itu.
Jika pada hari pertama ribuan demonstran berkonsentrasi di bandara-bandara besar Amerika Serikat, unjuk rasa semakin meluas ke pusat-pusat kota Amerika pada hari kedua, Ahad waktu setempat.
Massa nampak berdemo di Taman Battery New York yang terletak di seberang Patung Liberty. Massa juga merangsek di depan Gedung Putih. "Tiada ketakutan, bukan kebencian yang membuat Amerika Hebat," teriak para demonstran di depan Gedung Putih.
Aksi serupa juga dilaporkan berlangsung di Boston, Los Angeles, Atlanta, Kansas City, Baltimore, Denver dan Seattle.
Hakim di Negara Bagian New York, Massachusetts, Virginia dan Washington—yang menjadi rumah bagi bandara terbesar di Amerika Serikat, telah menghalangi separuh larangan Trump.
Namun, baik Trump maupun otoritas bandara tidak mengindahkan keputusan ini.
Meski sejumlah imigran, terutama pemegang kartu penduduk permanen Amerika, akhirnya dibebaskan, masih banyak pula yang akhirnya dideportasi.
Otoritas Libanon melaporkan enam warga Suriah dideportasi ke Libanon setelah mendarat di bandara internasional Philadelphia pada Ahad lalu.
“Kurun waktu 48 jam terakhir sangat kacau. Pemerintah federal mengabaikan Konstitusi dan tidak memberikan aturan baku di lapangan,” ujar Marielena Hincapie, Direktur National Immigration Law Center.
“Kami terus mendapat laporan bahwa orang-orang tetap ditahan atau dideportasi meski para hakim telah mengelurkan keputusan.”
THE WASHINGTON POST | GLOBAL POST | SITA PLANASARI AQUADINI