TEMPO.CO, New York—Sekitar 300 aktivis hak sipil Amerika Serikat berunjuk rasa di bandara terbesar Kota New York, John F. Kennedy, pada Sabtu waktu setempat.
Seperti dilansir NBC News, 29 Januari 2017, demonstran menuntut 12 pengungsi yang baru saja mendarat di Amerika Serikat dan ditahan selama belasan jam oleh otoritas bandara, segera dibebaskan.
Para pengungsi itu ditahan menyusul surat perintah yang diteken Presiden Donald Trump yang melarang semua warga dari tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim untuk masuk ke Negeri Abang Sam.
Ratusan demonstran memadati halaman Terminal 4, tempat kedatangan penumpang internasional, sambil membawa papan bertuliskan “Tak ada larangan, tak ada tembok” dan “Pengungsi dipersilakan masuk".
Salah satu demonstran bahkan membawa sebuah poster yang mendesak pemakzulan Presiden Trump dan deportasi terhadap Ibu Negara Melania Trump. Melania adalah warga negara AS yang berimigrasi dari Slovenia.
"Hari ini adalah awal perlawanan dari kami dan seluruh warga Amerika Serikat terhadap Trump,” kata Jacki Esposito, pengacara pengungsi yang mengorganisir aksi protes.
Aksi protes ini juga diikuti oleh Aliansi Pengemudi Taksi New York (NYTWA) sebagai solidaritas terhadap kolega mereka yang kerap mengalami kekerasan anti-Muslim karena memakai turban Sikh maupun berkulit coklat.
Para pengemudi taksi melancarkan aksi mogok menaikkan penumpang selama satu jam di bandara JFK.
"Hari ini, kami para pengemudi bergabung dengan demonstran di Bandara JFK untuk mendukung mereka yang ditahan #NoBanNoWall," demikian kicau NYTWA di Twitter.
NYTWA menyebut surat perintah yang diteken Presiden Trump membuat posisi sebagian besar pengemudi yang beragama Islam dalam posisi rentan sejak tragedi 11 September.
Kejahatan kebencian terhadap pengemudi taksi Muslim meroket sejak insiden yang menewaskan ribuan penghuni gedung WTC itu.
"Dengan menetapkan surat perintah inkonstitusional, presiden telah menempatkan sopir taksi profesional dalam bahaya melebihi insiden 11 September.”
Aksi mogok ini berhasil mengacaukan perjalanan di bandara. Otoritas bandara JFK memastikan tidak ada layanan taksi bagi penumpang yang turun dan meminta mereka memikirkan alternatif untuk dapat kembali ke rumah atau pun tujuan masing-masing.
Sebelumnya Trump menyatakan larangan sementara ini untuk membuat aturan pengawasan masuk yang lebih ketat.
Salah satu orang yang ditahan di bandara JFK adalah Hameed Jhalid Darweesh. Ia bekerja untuk Amerika Serikat di Irak dalam berbagai kesempatan, salah satunya sebagai penerjemah bagi tentara AS.
The New York Times melaporkan Darweesh yang kemudian dibebaskan setelah ditahan selama belasan jam, menjadi target serangan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah sebanyak dua kali karena membantu tentara AS di Irak.
NBC News melaporkan masih ada 11 pengungsi atau warga dari tujuh negara Muslim dalam daftar larangan yang masih ditahan otoritas bandara JFK.
Dua keluarga Suriah yang tiba di bandara internasional Philadelphia dari Doha, Qatar juga ditangkap Patroli Perbatasan dan Bea Cukai AS. Kerabat kedua keluarga yang berada di Allentown, Pennsylvania mengatakan mereka kemudian dikirim kembali ke Suriah.
NBC NEWS | THE HEW YORK TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca: