TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte naik pitam setelah dikritik oleh para imam Katolik sehubungan dengan operasi pemberangusan narkoba yang menewaskan ribuan orang. Duterte meminta para imam menelan sabu sebelum menghakimi kebijakannya.
"Mereka tahu (masalah narkoba), mereka tahu itu sangat buruk, dan masih mengatakan pembunuhan luar biasa. Jadi para imam seharusnya menelan sabu sehingga mereka paham," kata Duterte seperti dikutip dari Breibart.com, 18 Januari 2017.
Baca juga:
Operasi Narkoba Presiden Duterte Tembak Mati Wali Kota
Duterte Berjanji Tak Ucapkan Makian Lagi Setelah Ditegur Tuhan
Presiden Duterte Ingin Basmi Narkoba Seperti Nazi Hitler
Duterte pun memastikan operasi pemberangusan para pedagang narkoba di Filipina tidak akan dihentikan sekalipun dikritik para rohaniwan itu. Selama tiga bulan memimpin Filipina, kebijakan perang terhadap narkoba telah menewaskan lebih dari 3.000 orang. "Pembunuhan? Itu tidak akan berhenti," Duterte menegaskan.
Menurut mantan Wali Kota Davao ini, yang meresahkan hatinya adalah para pedagang narkoba yang membuat begitu banyak perbudakan manusia di Filipina. Ia tak dapat menerima kenyataan itu. "Sejujurnya, saya tidak membolehkan itu. Mereka jadi budak zat kimia tersebut dan membuat orang-orang sangat kaya," ujar Duterte.
Ini bukan pertama kalinya Duterte mengumpat kepada pihak gereja Katolik. Duterte menjuluki Paus Fransiskus sebagai "anak pelacur" saat berkunjung ke Manila pada 2015. Lebih dari 80 persen penduduk Filipina penganut Katolik. Duterte kemudian berjanji mengunjungi Vatikan dan secara pribadi akan memohon maaf atas ucapannya itu.
BREIBART.COM | MARIA RITA