TEMPO.CO, NEW DELHI — Komisi Pemilihan Umum India memutuskan pemilik simbol sepeda yang diperebutkan oleh ayah dan anak, pemimpin partai yang terpecah. Seperti dilansir The New York Times, Selasa 17 Januari 2017, KPU India pada Senin lalu memutuskan partai sang anak, Akhilesh Yadav, 43 tahun, berhak atas simbol ini.
Keputusan ini juga mengakhiri salah satu sengketa pemilu paling besar di negara yang kental dengan dinasti politik itu, menjelang pemilu yang akan segera berlangsung.
“Karena mayoritas anggota Partai Samajwadi mendukung Yadav muda, maka komisi memutuskan ia berhak atas simbol ini,” demikian pernyataan komisi. Keputusan ini disambut gembira oleh Akhilesh yang mengendarai sepeda bermerek Mercedes dalam kampanye 2014 silam.
“Putaran roda mengajarkan banyak hal kepada kita. Jika berhasil menyeimbangkan sepeda, kita akan berhasil dalam hidup.”
Awalnya, hubungan antara Mulayam Singh Yadav—ayah-- dan sang putra, sangat rukun. Mereka berdua bersama-sama memimpin Partai Samajwadi di Negara Bagian Uttar Pradesh hingga Akhilesh terpilih menjadi Menteri Utama Uttar Pradesh.
Konflik mulai terjadi ketika Akhilesh memecat dua menteri yang diduga terlibat korupsi. Sang ayah yang marah atas keputusan itu kemudian memecat putranya.
Mereka pun kemudian terlibat perseteruan untuk memperebutkan kendali partai dan simbol saat pemilu. Bagi 287 juta warga Uttar Pradesh yang sebagian besar masih buta huruf, simbol partai menjadi sangat penting. Bahkan lebih penting dari nama partai saat pencoblosan.
“Banyak warga hanya melihat simbol dan kemudian memilih,” ujar K.F. Wilfred, ketua urusan legal KPU India. “Jika tidak memiliki simbol permanen, akan menyulitkan partai politik sendiri.”
Lantas bagaimana nasib Partai Samajwadi versi sang ayah?
Wilfred menyarankan Mulayam Singh Yadav memilih simbol yang tersisa yakni bola lampu, permen kopi, alat masak presto, es krim, roti hingga mesin jahit.
Ini bukan sengketa politik pertama terkait simbol partai di India. Saat Partai Kongres pecah pada akhir 1970-an, bekas Perdana Menteri Indira Gandhi mengganti simbol partai menjadi daun palem menghadap keluar.
THE NEW YORK TIMES | DAILY MAIL | SITA PLANASARI AQUADINI