TEMPO.CO, Paris - Perwakilan dari 70 negara dan organisasi internasional tiba di Paris, Prancis, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian di Timur Tengah yang dibuka pada Minggu, 15 Januari 2017.
KTT yang tidak dihadiri perwakilan dari Amerika Serikat dan pejabat dari Israel ini diikuti sekitar 40 menteri luar negeri dari beberapa negara Arab dan Barat, termasuk Presiden Palestina, Mahmoud Abbas.
Baca juga:
Dilanda Kebakaran Hebat, Israel Terima Bantuan Palestina
Uskup Capucci Penyelundup Senjata untuk Palestina Wafat
KTT bertujuan mencapai solusi perdamaian abadi di daerah konflik di Timur Tengah. Konferensi perdamaian internasional ini khususnya bertujuan membawa resolusi untuk konflik Israel-Palestina.
Kepada para delegasi, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan tidak ada waktu untuk berhenti mencari solusi.
"Ini bukan waktu untuk berhenti, keadaannya darurat," kata Ayrault, seperti yang dilansir CNN pada 15 Januari 2017.
Menanggapi konferensi tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan KTT itu sebagai "konferensi dicurangi" dan Israel tidak terikat olehnya.
Israel khawatir KTT Perdamaian di Timur Tengah akan menetapkan persyaratan untuk kesepakatan akhir dan diupayakan untuk disahkan di PBB. Cara ini, menurut Israel dipandang akan merusak negosiasi di masa depan.
KTT ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina berikut menyusul resolusi oleh Dewan Keamanan PBB pada Desember 2016 yang mengecam pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina.
Dewan Keamanan menyetujui resolusi yang didukung 14 anggota dengan Amerika menyatakan abstain. Menurut DK PBB, permukiman yang menampung sekitar 600 ribu warga Israel itu dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional. Israel tak mengakui resolusi itu.
CNN | HAREETZ | YON DEMA