TEMPO.CO, Jakarta -Hasil penyelidikan internasional yang dipimpin tiga ahli independen menyebutkan untuk pertama kalinya Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab dalam penggunaan senjata kimia di Suriah.
Hasil penyelidikan panel yang dibentuk Perserikatan Bangsa-bangsa dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) menjelaskan, Assad bersama adik laki-lakinya, Maher dan beberapa pejabat top Suriah lainnya terlibat dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan senjata kimia dalam perang saudara di Suriah.
Berita terkait:
Terkait Senjata Kimia, AS beri Sanksi 18 Pejabat Suriah
Krisis Suriah, Rusia Setuju Amerika Terlibat Perundingan
Mengutip Reuters, hasil penyelidikan yang belum dipublikasikan ini belum mendapat tanggapan resmi dari Assad.
Secara lebih rinci dalam laporan panel itu, para pelaku dikelompokkan dalam tiga kategori. Ada 15 orang pejabat top Suriah yang terlibat dalam penggunaan senjata kimia oleh pasukan pemerintah Suriah sepanjang tahun 2014-2015. Meski tidak secara khusus disebutkan peran masing-masing pejabat top Suriah itu.
Dalam laporan penyelidikan panel, kategori pertama diberi tajuk Orang Dalam Presiden yang terdiri dari enam orang termasuk Assad, adik laki-lakinya yang memimpin Divisi 4 Pasukan Bersenjata, menteri pertahanan, dan kepala intelijen militer Suriah.
Kategori kedua memuat nama kepala staf angkatan udara dan empat komandan divisi angkatan bersenjata Suriah, kepala Divisi 22 Angkatan Udara dan Brigadi 63 Helikopter, beberapa unit yang menjatuhkan bom klorin.
Kategori ketiga bertajuk Personil militer senior lainnya yang relevan meliputi dua kolonel dan dua mayor jenderal.
Ahli senjata kimia dan biologi independen yang memantau Suriah, Hamish de Bretton-Gordon mengatakan, laporan penyelidikan internasional itu merefleksikan jaringan komando militer Suriah.
Sebelumnya, Amerika Serikat memasukan nama 18 pejabat tinggi Suriah ke dalam daftar hitam karena dianggap terkiat dengan pengembangan program senjata pemusnah massal. Penetapan itu sekaligus menandai untuk pertama kalinya AS telah menjatuhkan sanksi terhadap pejabat tinggi pendukung presiden Suriah, Bashar al-Assad terkait senjata kimia.
"Kami mengutuk keras penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah," kata Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan.
Klorin dilarang penggunaannya sebagai senjata di bawah Konvensi Senjata Kimia, dimana Suriah juga bergabung menandatanganinya pada tahun 2013. Suriah setuju untuk menghancurkan senjata kimia pada tahun 2013 di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Moskow dan Washington.
Menyusul laporan dari penyelidikan internasional, Inggris dan Prancis dilaporkan telah membuat rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB pada Desember lalu. Resolusi itu akan melarang penjualan atau penyediaan helikopter untuk Pemerintah Suriah dan memblokir 11 komandan militer Suriah dan pejabat lainnya terhadap akses persenjataan.
Klorin dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan mengganggu perjalanan udara. Dengan menghirup gas klorin atau kontak langsung dengan mata atau kulit, akan mengakibatan sesak pada dada, pengelihatan yang kabur, pusing, pernafasan yang memendek, dan perih pada kulit.
Perubahan keseimbangan pH pada darah juga akan menghancurkan organ. Dosis yang berlebih juga berpotensi pada kematian setelah beberapa jam kemudian.
ABC.AU|REUTERS|YON DEMA