TEMPO.CO, Kabul - Dua dosen asal Amerika dan Australia yang diculik Taliban di Kabul, Afganistan, pada lima bulan lalu memohon agar Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump membantu pembebasan mereka.
Seperti dilansir CNN, Kamis, 12 Januari 2017, permintaan dua dosen yang bekerja di American University of Afganistan ini direkam dan diunggah ke dunia maya pada Rabu kemarin. Ini merupakan kemunculan pertama mereka di depan publik sejak keduanya diculik.
Simak juga:
Serangan Bom Bunuh Diri Taliban, 30 Orang Tewas
Eks Ketua MA Jadi Pemimpin Taliban Afganistan
Kevin King, 60 tahun, asal Amerika dan Timothy John Weeks, 48 tahun, dari Australia diculik pada 7 Agustus 2016 di luar kampus American University of Afghanistan.
Dalam video berdurasi 13 menit yang diduga direkam pada 1 Januari lalu, mereka memohon agar pemerintah Amerika bernegosiasi dengan penculiknya. Sebagai gantinya, Taliban diyakini menginginkan pembebasan sejumlah militannya.
"Jika tinggal di sini lebih lama, kami akan dibunuh. Saya tak ingin meninggal di sini," ujar Weeks dalam video tersebut. “Tuan Donald Trump, saya mohon kepadamu. Semua bergantung kepadamu.”
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengaku belum dapat mengkonfirmasi video tersebut.
“Menculik warga sipil adalah kejahatan kemanusiaan, dan kami mengutuk sekeras mungkin,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Mark Toner.
Kedua dosen bukanlah warga asing pertama yang diculik Taliban setelah keamanan Afganistan melemah pasca-mundurnya pasukan NATO.
Dalam sebuah video yang diunggah Desember lalu, pasangan Amerika-Kanada, Caitlan Coleman, tahun 31, dan Joshua Boyle, 33 tahun, meminta pemerintah mereka menegosiasikan pembebasan.
Coleman dan Boyle muncul di video bersama dua anak mereka yang lahir dalam penyanderaan selama empat tahun.
Pasangan itu diculik pada 2012 ketika melakukan perjalanan melalui Provinsi Wardak yang diyakini dikuasai Haqqani, kelompok yang bersekutu dengan Taliban.
CNN | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI