TEMPO.CO, Bangkok— Badan Penanggulangan dan Pencegahan Bencana Thailand mengumumkan sedikitnya 30 orang tewas dan dua lainnya hilang. Musibah ini terjadi akibat banjir besar yang melanda bagian selatan Thailand, menyusul hujan lebat yang turun selama sepekan terakhir.
Seperti dilansir The Strait Times, Rabu 11 Januari 2017, Chatchai Promlert, kepala departemen, menyebut banjir ini merupakan yang terburuk selama hampir 50 tahun terakhir. "Sekitar 1,1 juta penduduk dari 369.680 keluarga di 12 provinsi di selatan Thailand terkena dampak banjir ini," kata Chatchai dalam jumpa pers Selasa lalu.
Kedua belas provinsi itu adalah Pattalung, Narathiwat, Songkhla, Pattani, Trang, Yala, Surat Thani, Nakhon Si Thammarat, Chumpon, Ranong, Prachuab Kiri Khan, dan Krabi.
Salah satu korban tewas adalah bocah perempuan berusia lima tahun saat berusaha menyelamatkan diri bersama keluarganya di Provinsi Prachuab Kiri Khan pada Senin malam.
“Keluarga bocah itu menghindari banjir dengan naik ke atap mobil. Tapi ia dan ibunya jatuh,” ujar Rawiroj Thammee. “Jasadnya ditemukan Selasa pagi sekitar 200 meter dari mobil keluarga.”
Hingga saat ini, banjir itu sudah merusak setidaknya lima fasilitas pemerintah, 218 ruas jalan, dan 59 jembatan di selatan Thailand.
Robohnya dua jembatan utama penghubung wilayah utara-selatan Thailand juga menyebabkan kemacetan sepanjang 200 kilometer.
Pemerintah setempat pun langsung membangun jembatan sementara untuk menggantikan ruas jalan layang yang rusak.
Sementara itu, para pasien di rumah sakit Provinsi Bangsapan juga terpaksa dievakuasi ke lantai yang lebih tinggi karena air di sekitar bangunan mulai meluap.
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan- o-cha menyatakan warga di wilayah bencana harus bersiap jika sewaktu-waktu dievakuasi. “Keengganan mengungsi menyebabkan proses penyelamatan sangat sulit.”
Pemerintah pun mengerahkan ribuan tentara untuk membantu memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah paling parah.
THE STRAIT TIMES | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI