TEMPO.CO, Kota Vatikan –Pemimpin Tertinggi Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus mengimbau agar tahanan di seluruh dunia diperlakukan secara manusiawi.
Seperti dilansir Reuters Kamis 5 Januari 2017, imbauan ini diucapkan Paus menyusul kerusuhan penjara paling mematikan di Brazil selama dua dasawarsa, yang menewaskan 60 tahanan.
"Saya sangat berduka dan khawatir atas apa yang terjadi," kata Paus Francis dalam khotbah saat Misa di Vatikan. “Saya kembali meminta agar penjara harus menjadi tempat pendidikan ulang dan re-integrasi ke masyarakat, dan kondisi untuk tahanan harus layak untuk manusia.”
Paus kelahiran Argentina itu sering mengunjungi penjara dalam perjalanan luar negerinya. Baru-baru ini ia mengadakan misa untuk sekitar 1.000 narapidana yang diizinkan keluar secara singkat dari penjara di Basilika Santo Petrus.
Kekerasan meletus antara geng narkoba saingan pada Ahad lalu di sebuah penjara di Kota Manaus, Brasil. Beberapa tahanan dipenggal dan tubuh mereka dilemparkan dari dinding penjara, yang menampung lebih dari tiga kali kapasitasnya.
Penjara-penjara Brazil dikenal terlalu padat penghuni, yang menyebabkan beberapa kasus kerusuhan maut terjadi pada masa lalu.
Penjara Anisio Jobim memiliki kapasitas untuk menampung 592 orang namun ternyata ada 1.224 narapidana di dalamnya, kata Fontes. Pemerintah Amazonas telah memutuskan untuk memindahkan sekitar 130 narapidana untuk melindungi mereka.
Kekacauan, yang muncul pada awal pekan dan berlangsung selama 17 jam sepanjang malam, merupakan akibat dari percekcokan di Kompleks Lembaga Pemasyarakatan Umum Anisio Jobim antara kelompok penjahat Primeiro Comando da Capital (PCC) dan Familia de Norte.
PCC adalah kelompok pengedar narkoba yang berpusat di Sao Paulo dan telah melebarkan sayapnya ke negara-negara bagian lainnya. Menurut pernyataan lembaga keamanan masyarakat, 60 orang yang tewas itu tampaknya adalah para anggota PCC.
Sebanyak 184 narapidana dilaprokan kabur dari penjara sementara sekitar 40 lainnya berhasil ditangkap kembali dalam suatu operasi, menurut sekretariat pemasyarakatan umum Negara Bagian Amazonas.
Epitacio Almeida, perwakilan Komisi Hak-hak Asasi Manusia mengatakan selama kekacauan berlangsung, 12 petugas pengawasan penjara disandera tetapi seluruhnya dibebaskan tanpa terluka.
Tak lama setelah keributan muncul di satu unit, puluhan narapidana di unit kedua mulai ramai-ramai melarikan diri dari penjara. Pihak berwenang mengatakan situasi itu merupakan hasil dari upaya yang sudah diatur untuk mengacaukan perhatian para sipir.
REUTERS | AP | SITA PLANASARI AQUADINI