TEMPO.CO, New York- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan tahun 2016 merupakan tahun bencana Hak Asasi Manusia (HAM) sehubungan banyaknya kasus pelanggaran HAM ditemukan, khususnya meningkatnya fasisme.
Kepala urusan HAM PBB Pangeran Zeid bin Ra'ad menjelaskan hal itu dalam pidato menjelang peringatan Hari HAM Internasional pada hari Sabtu, 10 Desember 2016. "2016 merupakan tahun bencana bagi hak asasi manusia di seluruh dunia. Jika ini terus dibiarkan tumbuh tanpa mempedulikan HAM dan supremasi hukum, akhirnya semua orang akan menderita," kata Pangeran Zeid.
Baca:
Presiden Park Geun-hye Resmi Dimakzulkan
Bermata Sipit, Sistem Paspor Online Selandia Baru Menolaknya
Pidato Pangeran Zeid mengarah pada krisis kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah, khususnya di Suriah. Diperkirakan 11 juta warga Suriah telah meninggalkan rumah mereka sejak pecahnya perang saudara pada Maret 2011 dan sekitar satu juta dari mereka telah meminta suaka di Eropa.
Pangeran Zeid menjelaskan, isu-isu utama yang dihadapi dunia di tahun 2016 termasuk krisis pengungsi besar-besaran, kekerasan oleh gerakan ekstrimis di seluruh dunia, perubahan iklim, diskriminasi dan semakin melebarnya kesenjangan sosial.
Baca:
Presiden Suriah Yakin Perang Berakhir Setelah Aleppo Direbut
Etnis Rohingya di Malaysia Minta Pekerjaan dan Pendidikan
Pangeran asal Yordania tersebut menperingatkan bahwa kegagalan banyak pemimpin untuk menangani isu-isu tersebut telah mendorong banyak orang untuk memanfaatkannya tanpa mempedulikan HAM. Dia juga menyinggung soal pernyataan-pernyataan yang mengarah ke fasisme oleh beberapa pemimpin di Eropa dan AS.
Menurutnya, kejahatan yang menyerukan kebencian pada pendatang telah melonjak secara drastis setelah miliarder berusia 70 tahun asal New York, Donald Trump memenangkan pemilu AS pada 8 November lalu .
"Di beberapa bagian Eropa dan di Amerika Serikat, gerakan anti-asing terus terjadi tanpa terkendali dan kebencian terus berkembang pada tingkat yang menakutkan, dan semakin tak tertandingi," kata Zeid.
Menurutnya, fasisme kini tidak lagi dibicarakan secara sembunyi-sembunyi, namun telah dilakukan secara terbuka bahkan oleh pemimpin dunia.
INDEPENDENT|YON DEMA