TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Etnis Rohingya di Malaysia bersyukur dan berterima kasih kepada Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak yang memperjuangkan pembelaan terhadap etnis yang sedang ditindas di Myanmar. Sekretaris Asosiasi Rohingya di Malaysia, Nursobi Muhamad Sultan, mengatakan pemimpin negara lainnya harus meniru ketegasan Najib dalam memperjuangkan hak asasi manusia itu.
Menurut Nursobi, etnis Rohingya bersyukur dan berterima kasih karena PM Najib sanggup hadir dan bersama-sama ingin memperjuangkan nasib yang mereka hadapi selama ini. "Ini menunjukkan PM Najib sangat mementingkan nilai kemanusiaan meskipun etnis kami bukan bagian dari negara ini," katanya, seperti yang dilansir Bernama pada 4 Desember 2016.
Najib bersama lebih dari 20 ribu peserta, termasuk Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi, Presiden Partai Islam se-Malaysia (PAS) Datuk Seri Abdul Hadi Awang, Menteri Luar Datuk Seri Anifah Aman, serta para pimpinan Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) dan PAS, bergabung dengan Himpunan Solidariti Ummah untuk Rohingya di Taman Tasik Titiwangsa di Kuala Lumpur.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Anak Muda Rohingya di Malaysia, Sulaimeen Muhammad Karim, turut meminta pemerintah Malaysia memainkan peran penting dalam menangani masalah itu. "Malaysia sebagai negara yang dihormati di Asia Tenggara harus memainkan peran dengan menjadi 'orang tengah' dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi ini.
"Ini karena kami telah melihat banyak bangsa kami yang mati dibunuh oleh pihak militer Myanmar, perbuatan ini tidak dapat dimaafkan karena kami ditindas," kata Sulaimeen. Dia mengatakan, masyarakat Rohingya di Malaysia sangat berterima kasih kepada pemerintah karena sudi menerima sebagian dari pengungsi Rohingya dan memberi perlindungan sewajarnya.
Etnis minoritas Rohingya di Myanmar menjadi pusat perhatian internasional belakangan ini menyusul serangkaian kekerasan yang diduga dilakukan oleh pemerintah terhadap mereka. Puluhan orang dilaporkan tewas dan beberapa wanita diklaim telah perkosa oleh anggota militer Myanmar, selain rumah-rumah yang dibakar dalam kekerasan tersebut.
Kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar tersebut diduga sebagai langkah balas dendam terhadap serangan oleh kelompok ekstrimis terhadap militer. Pemerintah Myanmar menuduh bahwa organisasi militan berbasis Rohingya telah melakukan serangan terhadap Pos Penjaga Perbatasan pada 9 Oktober 2016, yang dilaporkan menewaskan sejumlah personel keamanan.
BERNAMA | MALAYSIA KINI | YON DEMA
Baca Pula
Jokowi Beli Kaus Dalam, Oleh-Oleh untuk Kaesang?
Eksklusif: Ini Bukti Sri Bintang Pamungkas Cs Diduga Makar