TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperkirakan hubungan pemerintahannya dengan Amerika Serikat di bawah presiden terpilih Donald Trump akan membaik. Keduanya dikenal sebagai sosok kontroversial.
Presiden Duterte, yang selama ini kerap menghujat Amerika, terutama Presiden Barack Obama, karena mengkritik tindakan kerasnya terhadap pecandu narkoba, mengatakan hubungan dengan Amerika kemungkinan bertambah baik di bawah pemerintahan Trump.
"Saya yakin kami tidak akan berselisih paham. Saya selalu bisa menjadi teman bagi siapa pun, terutama kepada seorang presiden atau kepala eksekutif negara lain," kata Duterte, Kamis, 17 November 2016.
Baca:
Pertama Kali, Hillary Clinton Curhat Soal Kalah dalam Pilpres
Sebulan Bertempur, 2.800 Milisi ISIS Tewas di Mosul
Presiden Duterte, 71 tahun, yang sering dibanding-bandingkan dengan Trump karena kecamannya terhadap lawan dan kritikus, berharap presiden terpilih itu akan bersikap adil dengan orang-orang yang menetap di Amerika secara ilegal. Rakyat Filipina adalah satu dari kelompok ekspatriat terbesar di Amerika.
Pandangan Duterte itu ternyata sangat berbeda dengan pernyataannya saat kampanye Maret 2016 lalu. Saat itu, dia merasa terhina karena dibanding-bandingkan dengan Trump. "Donald Trump seorang yang terobsesi, saya tidak," kata Duterte mengacu pada rekomendasi saat Trump melarang Muslim memasuki Amerika dan mendirikan tembok di sepanjang perbatasan Meksiko.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Filipina itu juga mengatakan ia telah berupaya melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Peru minggu depan dan ingin menjadikan Rusia sebagai sekutu dekat.
USA TODAY | YON DEMA