TEMPO.CO, Washington - Hillary Clinton, kandidat presiden Amerika Serikat yang kalah dalam pemilihan presiden 8 November lalu, untuk pertama kalinya berbicara tentang penyebab alias biang kerok kekalahannya.
Kader partai Demokrat tersebut dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 12 November 2016, menyalahkan keputusan FBI yang membuka kembali penyelidikan atas email-nya sebagai penyebab kekalahannya melawan Donald Trump, kandidat presiden dari partai Republik,
Baca Juga:
Di hadapan pendonornya, Clinton mengungkapkan bahwa surat yang dikirimkan Direktur FBI, James Comey kepada Kongres pada 28 Oktober terkesan ingin menurunkan popularitasnya, sehingga ia kehilangan banyak pemilih.
Baca:
Eks Istri Pertama Donald Trump Ingin Jadi Dubes Ceko
Melanie Ungkap Trump Getol Maki Penyerangnya di Twitter
Beritakan Suap, Pimpinan Media di Myanmar Masuk Penjara
"Ada banyak alasan mengapa gagal dalam pemilu seperti ini. Analisis kami bahwa surat Comey telah meningkatkan keraguan pemilih sehingga momentum kita terhenti," kata Clinton, seperti yang dilansir New York Times pada 13 November 2016.
Comey mengirim surat kepada Kongres AS, 11 hari sebelum pemilihan yang kemudian mendorong kontraversi, lalu meyusul surat kedua yang datang dua hari menjelang pemilihan yang makin memperparah pandangan publik AS terhadap Clinton.
Setelah memimpin dalam jajak pendapat di banyak negara bagian, Clinton harus merasakan pahitnya kekalahan dari Trump, yang akan menjadi presiden ke-45.
Beberapa calon presiden AS memiliki sejarah panjang terkait menyalahkan kekuatan-kekuatan luar kendali mereka atas kekalahan mereka. Pada 2004, John Kerry mengaitkan kekalahannya dengan rekaman video Osama bin Laden yang muncul hari sebelum pemilu, memicu kekhawatiran tentang terorisme.
Pada 2012, Mitt Romney mengatakan kepada pendonornya bahwa kekalahannya disebabkan Presiden Barack Obama telah berjanji untuk memberikan hadiah bagi kelompok - kelompok Demokrat keturunan Afrika-Amerika, Hispanik dan orang-orang muda.
NEW YORK POST|AL JAZEERA|YON DEMA