TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi mengatakan pertemuannya dengan Menteri Besar Sabah Musa Aman berujung pada sejumlah rencana peningkatan keamanan laut. Hal itu sebagai respons terulangnya insiden penculikan warga negara Indonesia yang bekerja di kapal ikan berbendera Malaysia.
Kasus terbaru menimpa dua WNI asal Buton, Sulawesi Tenggara. Keduanya masing-masing diculik dari dua kapal berbeda yang melaut di perairan Sabah, Malaysia, pada 5 November lalu.
"Saya sampaikan keprihatinan atas masih berlangsungnya penculikan (di Sabah), yang sudah ketiga kalinya terjadi di wilayah Malaysia," ujar Retno seusai rapat terbatas di gedung Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, 11 November 2016.
Baca:
Bertemu Trump, Obama: Jika Anda Berhasil, Negara Berhasil
Beredar Petisi Online Tuntut Pemakzulan Donald Trump
Perhatian yang sama, menurut Retno, juga ditunjukkan pemerintah Malaysia. "Mereka berjanji akan meningkatkan keamanan. Bagaimananya, mereka yang menentukan."
Retno, saat bertandang ke Kota Kinabalu, juga menyepakati sejumlah hal dengan organisasi Eastern Sabah Security Command (ESSCOM). ESSCOM adalah armada Malaysia yang bertanggung jawab atas keamanan di perairan Sabah.
Armada itu, kata Retno, menjanjikan komunikasi baik kepada asosiasi pemilik kapal, maupun dengan para WNI yang bekerja di kapal-kapal Malaysia. "Itu sebelumnya tidak pernah terjadi," katanya.
Pemerintah Malaysia dan Indonesia pun menggunakan pendekatan baru dalam pengawasan kapal yang melintas di wilayah rawan perompakan. Setiap kapal akan diwajibkan memiliki Automatic Identification System (AIS), untuk reaksi cepat pencarian posisi kapal.
"Kami pun membahas soal button yang harus ditekan, atau komunikasi apa yang harus dilakukan ketika mereka (pelaut) menghadapi masalah," kata Retno.
Upaya politis Kemlu, menurut Retno, akan didukung Kementerian Pertahanan RI yang akan melakukan trilateral pada akhir November nanti.
YOHANES PASKALIS