TEMPO.CO, Washington - Donald Trump mulai gerah menghadapi para pengunjuk rasa yang menentang dia sebagai presiden terpilih dalam pemilihan umum presiden yang digelar Selasa, 8 November 2016, waktu setempat.
Dua hari setelah dia dinyatakan sebagai pemenang mengalahkan kandidat Demokrat, Hillary Rodham Clinton, hampir seluruh negara bagian menggelar demonstrasi menolak Trump.
Trump sepertinya mulai geram terhadap para demonstran. Dalam akun Twitter-nya: @realDonaldTrump, dia mencuit, "Para demonstran dan kaum profesional telah dihasut oleh media. Mereka tidak fair!"
Seperti dilansir oleh Straits Times, aksi demo terjadi di sepanjang jalan di seluruh Amerika Serikat selama dua hari terakhir. Para pengunjuk rasa memprotes kemenangan Trump. Mereka mengkhawatirkan sang bilioner akan berbuat hal-hal yang melanggar hak asasi manusia.
Di Pantai Timur, para demonstran mengambil alih Washington, Baltimore, Philadelphia, dan New York. Sedangkan di Pantai Barat, aksi berlangsung di Los Angeles, San Francisco; Oakland, California; dan di Portland, Oregon. Aksi berjalan damai dan teratur, meski beberapa kali terjadi pelanggaran kecil.
Di Portland, massa melempari polisi dan merusak sebuah tempat parkir. Polisi setempat menyebutkan beberapa orang bahkan menggambar grafiti ke mobil dan gedung. "Berdasar pada tindakan kriminal dan perilaku berbahaya, aksi demo saat ini kami sebut kerusuhan. Massa telah kami nasihati," kata polisi setempat.
Setelah dinyatakan menang dari pesaingnya, Hillary, Trump diterima oleh Presiden Barack Hussein Obama di Gedung Putih untuk pertama kalinya, Kamis, 10 November 2016. Pada masa kampanye pemilihan presiden, tulis Business Insider, keduanya kerap melancarkan kritik, tapi pada pertemuan tersebut keduanya tampak akrab.
Trump menulis di akun Twitter, "Hari fantastis di D.C. Bertemu dengan Presiden Obama untuk pertama kali. Benar-benar pertemuan bagus. Melania menyukai Ibu Obama."
Sekitar seratus orang berarak dari Gedung Putih, tempat Trump bertemu dengan Barack Obama, menuju Trump International Hotel yang berjarak beberapa blok. Menjelang malam, massa bertambah. Mereka meneriakkan keresahan yang sama. "Saya tak bisa mendukung seseorang yang mendukung kefanatikan dan kebencian. Ini menyakitkan," ujar Joe Daniels, 25 tahun, warga Alexandria, Virginia.
BUSINESS INSIDER | STRAITS TIMES | EGI ADYATAMA | CHOIRUL AMINUDDIN