TEMPO.CO, Jakarta - Polisi memasang pagar keamanan di sekitar hotel tempat Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump berada di Washington pada Kamis, 10 November 2016, waktu setempat.
Polisi juga memasang blok beton untuk melindungi New York Trump Tower milik Trump. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi demonstrasi gelombang kedua oleh mahasiswa dan warga atas terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat selanjutnya.
Demo besar telah terjadi sehari setelah Trump terpilih pada Rabu, 9 November 2016. Ribuan orang turun ke jalan-jalan setidaknya di sepuluh kota di Amerika dari Boston ke Berkeley, California. Mereka meneriakkan bahwa Trump bukan presidennya. Protes juga diadakan dari Texas ke San Francisco.
Mantan Wali Kota New York City Rudy Giuliani membantah bahwa pendemo datang dari kalangan mahasiswa. "Jika Anda melihat orang gila sayap kiri nyata di kampus, itu para profesor, bukan mahasiswa," ucap Giuliani, yang juga pendukung Trump, seperti dilansir Reuters, Kamis, 10 November 2016.
Para pengunjuk rasa mengecam Trump atas retorika kampanye kritis soal imigran, muslim, dan tuduhan pelecehan seksual terhadap perempuan. Akibat demonstrasi yang telah terjadi, lebih dari 20 orang ditangkap karena mencoba memblokir jalan raya di Los Angeles dan Richmond, Virginia, Kamis pagi.
Meski begitu, juru bicara Gedung Putih, Joshua Earnest, menuturkan Barack Obama mendukung hak para demonstran untuk mengekspresikan diri secara damai. “Presiden yakin itu adalah hak yang harus dilindungi. Ini merupakan hak yang harus dilakukan tanpa kekerasan,” katanya.
Sementara itu, di San Francisco, lebih dari seribu siswa keluar kelas pada Kamis pagi dan berbaris melalui distrik keuangan kota. Mereka membawa bendera pelangi mewakili lesbian, gay, biseksual, dan transgender masyarakat, bendera Meksiko, serta tanda-tanda mengutuk Trump sebagai presiden terpilih.
DANANG FIRMANTO | REUTERS