TEMPO.CO, Diyarbakir - Serangan bom mobil mewarnai penangkapan dua pemimpin Partai Demokratik Rakyat (HDP), Selahattin Demirta dan Figen Yüksekda, di Diyarbakir, Turki. Ledakan itu menghantam sebuah pos polisi anti huru-hara di Baglar, sebuah distrik di pusat provinsi tenggara Turki tersebut.
Sedikitnya delapan orang tewas dalam insiden tersebut. "Dua polisi dan enam warga sipil mati syahid," kata Perdana Menteri Turki Binali Yildirim, seperti dikutip kantor berita Anadolu, Jumat, 4 November 2016. Serangan mengakibatkan 100 orang terluka. "Dan seorang teroris tewas."
Baca:
KBRI Damaskus Pulangkan 28 TKI, Dubes Djoko: Jangan Kembali
Assange: 4 Negara Ini Mendanai Hillary Clinton dan ISIS
Teroris yang Yildirim maksud adalah milisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dituding mendalangi serangan bom mobil. Kelompok separatis Kurdi itu telah memerangi Ankara selama tiga dasawarsa. Ankara mencap PKK sebagai kelompok teroris.
Pasukan keamanan Turki menahan Demirta dan Yüksekda beberapa jam sebelum insiden ledakan. Dua pentolan partai pro-Kurdi itu diciduk setelah menolak memberikan kesaksian dalam pengadilan kasus kejahatan yang melibatkan milisi Kurdi. "Mereka yang mendorong 'terorisme' harus menghadapi proses hukum," kata Yildirim.
Polisi menggerebek kediaman Demirta dan Yüksekda di Diyarbakr pada Jumat pagi. Kota terbesar di Provinsi Diyarbakr tersebut merupakan kantong populasi Kurdi terbesar di tenggara Turki. Demirta dan Yüksekda telah diincar lewat sejumlah penyelidikan selama beberapa bulan terakhir, namun ini adalah pertama kalinya mereka ditahan.
Kota Van dan Bingöl, masih di tenggara Turki, polisi menangkap satu lusin anggota parlemen dari HDP. Penangkapan ini, menurut pengacara mereka, merupakan bagian dari penyelidikan terhadap 50 dari 59 legislator HDP. "Ini masih menjadi bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap lawan-lawan politiknya pasca kudeta," kata dia.
Di antara politikus HDP yang ditahan itu adalah Idris Baluken, ketua fraksi di parlemen, serta wakil ketua partai, Sirri Sureyya Onder. "Semua akan diadili setelah penyelidikan terhadap mereka selesai," begitu menurut situs berita Daily Sabah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melancarkan aksi "pembersihan" setelah upaya penggulingan dirinya kandas pada 15 Juli lalu. Pemimpin partai berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), ini tidak hanya mengincar Fethullah Gulen, tokoh yang dituding sebagai otak kudeta, dan seluruh pengikutnya. Para pendukung dan simpatisan PKK, termasuk politikus dan aktivis HDP, juga menjadi target Ankara.
ANADOLU | DAILYSABAH | BBC NEWS | MAHARDIKA