TEMPO.CO, Paris - Laporan terbaru Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menyebutkan seorang wartawan tewas dibunuh setiap 4,5 hari di seluruh dunia.
Laporan Direktur Jenderal UNESCO pada Selasa, 2 November 2016, menyatakan, sejak satu dekade lalu, 827 wartawan tewas saat bertugas.
Menurut laporan yang bertajuk Journalists and the Danger of Impunity, daerah paling parah adalah negara Arab, termasuk Suriah, Yaman, dan Libya. Amerika Latin adalah benua kedua paling parah.
Baca:
Warga Malaysia Diimbau Hindari Jakarta Pada 4 November
Ramalan Media Rusia: Jadi Presiden, Donald Trump Seperti JFK
Menteri Keuangan Arab Saudi Dipecat
Laporan pada 2006-2015 itu mengungkapkan, 59 persen dari kematian wartawan sejak dua tahun lalu terjadi di daerah konflik. Selama periode itu, 78 dari 213 wartawan tewas (36,5 persen) di negara Arab.
Mungkin yang paling mengkhawatirkan adalah peningkatan kematian wartawan di Eropa Barat dan Amerika Utara dari nol sejak 2014 menjadi sebelas orang pada tahun lalu.
Wartawan lokal dikatakan jauh lebih berisiko dibanding wartawan asing yang menyumbang 90 persen dari 827 korban. Namun kenaikan paling besar dalam kematian wartawan asing terjadi pada 2014 dengan 17 orang dibanding rata-rata empat orang pada tahun-tahun sebelumnya.
UNESCO juga menemukan, tahun lalu terdapat peningkatan besar dalam pembunuhan wartawan media online (blogger) dengan 21 orang. Hampir setengah dari mereka adalah blogger Suriah.
Laporan ini juga menyatakan jumlah wartawan pria yang meninggal saat bertugas l 10 kali lipat lebih banyak daripada wanita.
CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA