TEMPO.CO, Kopenhagen - Polisi di Denmark terkejut ketika mendapati tiga mayat yang membeku di dalam kotak pendingin atau freezer. Ketiga mayat itu adalah pengungsi Suriah, wanita usia 27 tahun dan dua anaknya berusia 7 dan 9 tahun.
Seperti dilansir Russia Today pada 31 Oktober 2016, polisi tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait dengan temuan tiga jasad pengungsi Suriah di dalam mesin pembeku atau freezer pada Minggu malam, 30 Oktober 2016, itu.
Penemuan mengerikan tersebut bermula ketika polisi di Kota Aabenraa, Jutland Selatan, wilayah selatan Denmark, menerima laporan dari saudara korban. Ia mengatakan kepada polisi tidak bisa menghubungi adiknya dalam beberapa hari terakhir.
Baca:
AS Batal Jual Senjata ke Filipina
Resto Ini Gratiskan Wifi Jika Bisa Jawab Soal Matematikanya
Polisi kemudian memeriksa apartemen korban dan terkejut ketika mendapati korban dan dua putrinya telah terbujur kaku tak bernyawa di dalam freezer. Polisi kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara dan langsung menutup jalan di lingkungan sekitarnya untuk mempermudah penyelidikan.
Menurut pernyataan polisi Jutland Selatan, keluarga tersebut berasal dari Suriah dan tiba di Kota Aabenraa pada musim panas 2015. Mereka terakhir kali terlihat pada Kamis pekan lalu.
Polisi belum melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian para korban karena kondisi mayat yang masih membeku. "Polisi masih melakukan penyelidikan, motif dan penyebab kematian belum diketahui. Masih banyak yang perlu dikerjakan," kata peneliti senior, Bent Thuesen.
Mantan suami korban yang berusia 32 tahun sedang dicari polisi, meskipun masih belum jelas apakah dia diduga melakukan pembunuhan itu atau hanya ingin meminta informasi untuk membantu penyelidikan. Korban dan suaminya bercerai, tapi diyakini mereka tetap berhubungan.
Polisi kini bekerja sama dengan polisi perbatasan Jerman untuk mencegah suami korban menyeberang guna melarikan diri.
Menurut pengakuan tetangganya, korban yang dirahasiakan namanya tersebut adalah orang yang sopan dan ramah, meskipun hanya berbicara dalam bahasa Arab. "Mereka hanya bisa berbahasa Arab, tapi mereka begitu sopan dan baik," ujar seorang tetangga yang berusia 81 tahun.
Tetangga tersebut juga mengaku tidak pernah melihat suaminya datang ke apartemen ataupun mendengar pertengkaran dari dalam tempat tinggal korban. Namun dia mengaku kerap mendapati wajah korban yang menunjukkan kecemasan.
RUSSIA TODAY | IB TIMES | YON DEMA