TEMPO.CO, Canberra - Banyak taruna militer Australia fasih berbahasa Indonesia. Hal ini tampak dalam lomba pidato Bahasa Indonesia yang digelar di Kampus Australia Defense Force Academy (ADFA)-University of New South Wales (UNSW) di Canberra, Australia, 17 Oktober 2016.
“Kemampuan berbahasa Indonesia mereka sungguh menggagumkan,” tulis Kedutaan Besar RI (KBRI) untuk Australia dalam rilis yang diterima Tempo, 19 Oktober 2016. Lomba Pidato Bahasa Indonesia merupakan bagian dari penyelenggaraan Indonesia Day di ADFA.
Lomba pidato ini merupakan yang kedua kalinya semenjak terakhir di selenggarakan di kampus ADFA-UNSW, Canberra pada 2015.
Menurut KBRI Canberra, antusiasme masyarakat Australia untuk mempelajari Bahasa Indonesia pantas dibanggakan. Bukan hanya di kalangan murid sekolah saja, namun para kadet militer Australia yang terdiri dari angkatan laut, udara, dan darat, juga terlihat sangat bersemangat untuk menguasai bahasa Indonesia.
Rata-rata taruna militer yang mempelajari bahasa Indonesia adalah taruna tahun kedua atau tahun ketiga. Namun kemampuan Bahasa Indonesianya terlihat sangat baik. Bahkan Shafiqah Ali dan Morgan Groves, dua taruna muda Australia, selaku pembawa acara, memandu acara dengan Bahasa Indonesia yang cukup luwes.
Saat lomba, para taruna menyampaikan gaya pidatonya dengan apik dan menonjolkan ciri khasnya masing-masing. Topiknya pun sangat kreatif dan beragam, diantaranya yang cukup menarik adalah pidato terkait cita-cita untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan cerita tentang mudik di Indonesia.
“Melalui penguasaan Bahasa Indonesia, para kadet militer Australia akan semakin memahami dan menghormati budaya Indonesia. Penguasaan bahasa juga merupakan salah satu solusi untuk mengurangi keterkejutan budaya (cultural shock) di kalangan masyarakat Australia,” ujar Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, pada saat membuka kegiatan lomba.
Dubes Nadjib yang aktif mempromosikan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Australia menggarisbawahi banyaknya keuntungan yang akan diperoleh dengan menguasai Bahasa Indonesia.
Nadjib memaparkan bahwa Indonesia semakin memainkan peran strategis di kawasan dan global, bahkan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) pada tahun 2050 Indonesia diprediksi akan menjadi ekonomi ke empat terbesar dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
"Bahasa Indonesia juga akan semakin mendekatkan hubungan masyarakat Indonesia dan Australia serta memperkuat saling pengertian dan menghormati," kata dia.
Lomba pidato Bahasa Indonesia kali ini dimenangkan oleh Lachlan Darrow, kadet militer yang berusia 21 tahun. “Keuntungan mempelajari Bahasa Indonesia akan menambah wawasan saya dan juga mendapatkan insentif dari ADFA, hal ini akan menunjang karir militer saya kedepannya,” kata Darrow.
Bertindak sebagai juri antara lain Dubes Nadjib, Dr. Minako Sakai selaku Dosen Senior ADFA, Novy Arnost selaku Head of Wing Indo-Malay, Paul Delighton selaku Commanding Officer, dan Prof George Quinn dari Australia National University (ANU).
Delapan kadet militer ADFA yang baru saja kembali dari Yogyakarta juga memberikan presentasi hasil kunjungan mereka. Menurut mereka budaya Indonesia sangat kaya dan beragam. Keramahan orang Indonesia merupakan hal yang sangat mereka kagumi.
Kegiatan lomba diakhiri dengan acara makan bersama dengan kuliner Indonesia antara lain ayam goreng tradisional, rendang, urap sayur, dan tempe kecap. Para taruna militer Australia tampak menikmati hidangan khas Indonesia tersebut.
NATALIA SANTI