TEMPO.CO, Bangkok - Nitizen di Thailand mengecam laporan BBC terkait situasi pariwisata negara itu menyusul kematian Raja Bhumibol Adulyadej akhir pekan lalu. Nitizen negeri Gajah Putih tersebut menuduh video dari program BBC Three tersebut menyesatkan dan tidak akurat.
Video berdurasi dua menit tersebut disiarkan BBC dengan tujuan mengingatkan wisatawan Inggris untuk menjaga tingkah laku selama di Thailand mengingat negara itu tengah berkabung atas wafatnya Raja Bhumibol. Namun video itu kemudian dihapus dari semua akun media sosial BBC menyusul protes keras dari nitizen Thailand.
Asia Correspondent mengutip pemberitaan media lokal, melaporkan bahwa netizen mengeluhkan tentang ketidakakuratan dalam video singkat berjudul "Pergi ke Thailand? Ini tidak akan seperti apa yang Anda harapkan."
Dimana video itu menampilkan versi buram dari pariwisata negara yang terkenal untuk kehidupan malam dan pesta pantai yang ramai selain beberapa atraksi menarik lainnya.
Baca Juga: Raja Thailand Mangkat, Ribuan Pelayat Penuhi Istana Kerajaan
Berlatar belakang Koh Phangan Island, narator dalam video itu mengatakan bahwa berlibur di Thailand dapat sangat menyenangkan, tetapi jika pergi sekarang, mungkin akan mendapatkan suasana berbeda.
"Suasana malam akan sedikit lebih rumit karena penduduk tengah berkabung, akses ke bar, restoran, dan pusat perbelanjaan akan dibatasi," ujar narator dalam video itu.
Dalam video juga disebutkan bahwa wisatawan akan kesulitan mendapatkan minuman keras Bahkan wisatawan tidak akan diizinkan untuk menonton saluran televisi asing.
Video itu awalnya diunggah ke laman Facebook BBC Three pada 14 Oktober dan dilihat oleh lebih dari 2,3 juta orang sebelum dibagikan di halaman Facebook BBC News yang kemudian mendapat lebih banyak lagi pengunjung. Namun setelah mendapat protes, dua hari kemudian langsung dihapus.
Nitizen menganggap video itu akan membuat wisatawan asing takut untuk mengunjungi Thailand. Menurut nitizen yang kebanyakan merupakan kaum ekspatriat dan pengusaha di bidang pariwisata, mengatakan ini bukan situasi yang sebenarnya.
Simak: Kuliner Indonesia Disukai di Korea Utara
Mark Cundall, yang tinggal di Phuket mengatakan: "Kedai minuman hingga kini masih menjual alkohol dan bar selalu dibuka ... itu tidak seburuk perkiraan orang. Hotel / bar diizinkan untuk dibuka / menjual alkohol dan bermain musik .... "
Dia menambahkan: "Raja itu seperti Tuhan, tapi saya pikir semua orang Thailand tahu itu akan datang, ia sakit untuk waktu yang lama. Namun pastikan jika mabuk, tidak bertindak bodoh ... Thailand butuh wisatawan. "
Sebuah unggahan lain dari nitizen menjelaskan bahwa Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) mengatakan selain Wat Phra Kaeo (Temple of the Emerald Buddha) dan Grand Palace, semua hotspot wisata lainnya akan beroperasi seperti biasa.
ASIA CORRESPONDENT|YON DEMA