TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Dewan Privi, Jenderal Prem Tinsulanonda, dinobatkan sebagai Pemangku Raja sementara Thailand menyusul permohonan Putera Mahkota Vajiralongkorn supaya diberi sedikit waktu sebelum naik tahta.
Pemilihan Tinsulanonda, yang juga Perdana Menteri Thailand dari 1980 sampai 1988, disahkan oleh Wakil Perdana Menteri Wissanu Krea-ngam dalam wawancara melalui televisi pada Jumat, 14 Oktober 2016.
Krea-ngam yang bertanggung jawab terkait urusan legislatif dalam pemerintah, menegaskan hal itu setelah Wakil Presiden Parlemen Thailand (NLA) Pornsak Porjit memberitahu media lokal tentang pengangkatan Tinsulanonda pada Jumat.
Baca juga: Maju Calon Ketua PBSI, Wiranto: Saya Sudah Izin Presiden
Tinsulanonda, 96, yang juga mantan Panglima Militer Thailand, ditunjuk menjadi anggota dewan yang berkuasa penuh itu pada 1988.
Pada Kamis malam, 13 Oktober 2016, beberapa jam setelah pengumuman resmi mangkatnya Raja Bhumibol Adulyadej, Perdana Menteri Jen Prayut Chan-o-chan memberitahu media bahwa Putera Mahkota meminta diberi sedikit waktu sebelum beliau naik tahta.
Chan-o-chan mengatakan Vajiralongkorn, 64, yang diundangkan sebagai pewaris tahta sejak 1972 ketika berusia 20 tahun, ingin berkabung bersama rakyat Thailand atas meninggalnya ayahnya pada Kamis.
Menurut Konstitusi Thailand, Kabinet akan mengajukan nama pewaris tahta ke NLA sebelum parlemen menobatkannya menjadi Raja Thailand yang berikutnya.
Raja yang paling lama menduduki takhta itu mangkat pada pukul 16.52 di Siriraj Hospital setelah kesehatannya memburuk sejak beberapa tahun lalu. Raja Bhumibol menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 88 tahun.
Simak juga: Waspadai Teror, Kedubes RI di Qatar Siapkan Antisipasi
Raja Bhumibol sangat dicintai rakyat sehingga ada yang menganggapnya hampir sama taraf dengan dewa. Tidak memiliki kekuatan politik namun menjadi motor bagi stabilitas politik Thailand dengan intervensi pada saat dibutuhkan dalam beberapa krisis politik negara itu.
Sementara itu, Vajiralongkorn yang kini telah berusia 64 tahun, adalah putra tunggal dan anak kedua Bhumibol, namun tidak begitu populer di kalangan rakyat dibandingkan ayahandanya.
Kehidupan pernikahan pangeran itu tidak begitu baik setelah dia menikah tiga kali. Vajiralongkorn yang mendapat pendidikan sekolah tinggi di Inggris adalah lulusan Sekolah Tinggi Militer Australia di Duntroon pada 1976.
Vajiralongkorn memiliki rekor 3.000 jam menerbangkan pesawat tempur ketika latihan militer di Amerika Serikat serta dapat menerbangkan helikopter serta pesawat komersial.
BANGKOK POST | BERNAMA | YON DEMA