TEMPO.CO, Jakarta - Badai Matthews yang menyerang Haiti di Amerika Tengah menewaskan 108 orang, Kamis, 6 Oktober 2016. Kerusakan paling parah terjadi di Selatan Haiti saat angin bergerak dalam kecepatan 200 kilometer per jam.
Di sana, badai menyebabkan rumah roboh, desa-desa banjir, dan mengisolasi pulau dengan daerah lain. Dari laporan CNN, jalur yang menghubungkan Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince, dengan semenanjung selatan terputus, setelah jembatannya roboh.
Simak Pula
Soal Jelmaan Malaikat, Ini Blakblakan Kubu Gatot Brajamusti
Gatot Brajamusti, Aspat, dan Seks 'Threesome' di Padepokan
Meski badainya baru saja berakhir, dampak badai kategori 4 itu baru terasa. Selain 108 orang tewas di Haiti, setidaknya 1.580 rumah terkena banjir, dan 3.125 keluarga terdampak badai ini. Sekitar 300 ribu penduduk mengungsi ke luar negara.
"Sungainya meluap mengelilingi kami. Ini buruk... Bencana besar," kata salah satu pastor Haiti, Louis St. Germain. Kejadian ini memperburuk kondisi Haiti yang masih belum pulih sepenuhnya dari gempa pada 2010, yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang.
Baca Pula
Survei Populi: Mayoritas Suku Betawi Pilih Ahok-Djarot
Dilaporkan ke Bareskrim, Ahok Bereaksi lewat Instagram
Deputi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Haiti, Mourad Wahba, menyebutkan peristiwa ini sebagai "Kejadian kemanusiaan terbesar" setelah gempa hebat pada 2010 silam.
Selain menyerang Haiti, badai Matthews juga menyerang Republik Dominika dan St. Vincent. Saat ini, badai bergerak ke arah Amerika Serikat. Presiden Amerika Barack Obama telah memperingatkan warganya terhadap ancaman badai ini.
CNN | EGI ADYATAMA
Simak Juga
Soal Jelmaan Malaikat, Ini Blakblakan Kubu Gatot Brajamusti
Gatot Brajamusti, Aspat, dan Seks 'Threesome' di Padepokan