TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte membandingkan dirinya dengan pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler. Dia mengaku senang membantai jutaan orang pecandu dan pengedar narkoba seperti yang dilakukan Hitler terhadap warga Yahudi dalam peristiwa Holocaust di tengah Perang Dunia II pada dekade 1940-an silam.
"Hitler membantai tiga juta orang Yahudi. (Di Filipina) ada tiga juta pecandu narkoba. Aku akan senang untuk membantai mereka," katanya, seperti yang dilansir BBC pada 30 September 2016.
Presiden Duterte yang terkenal dengan pernyataannya yang kontroversial menegaskan bahwa Hitler memang membantai orang-orang yang tidak berdosa, sedangkan dirinya membantai pengedar narkoba yang merusak generasi penerus bangsa.
Survei terbaru di Filipina yang dirilis awal pekan ini menunjukkan jumlah pengguna narkoba di negara itu mendekati angka 1,8 juta orang.
Pernyataan Duterte yang menyamakan perang melawan narkoba di negerinnya dengan tragedi Holocaust di Eropa, langsung mendapat kecaman dari beberapa komunitas Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
"Duterte berutang permintaan maaf terhadap korban Holocaust untuk retorikanya yang menjijikkan," kata Abraham Cooper, seorang rabi dari Simon Wiesenthal Center yang berbasis di AS.
Kelompok Yahudi yang berbasis di AS lainnya, Liga Anti-Fitnah mengatakan bahwa komentar itu "tidak pantas dan sangat menyinggung".
Sejarawan menemukan ada setidaknya enam juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi di bawah komando Hitler sebelum dan selama Perang Dunia II.
Duterte sendiri telah mengawasi tindakan keras berdarah terhadap pengguna dan pengedar narkoba sejak menjabat di Istana Malacanang pada Juni 2016 lalu. Angka resmi menunjukkan polisi dan aparat keamanan telah menembak mati lebih dari 3 ribu orang dalam operasi pemberantasan narkoba.
Mayat dari para terduga pengedar narkoba tersebut biasanya akan ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja tergeletak di tempat umum dengan diberi tanda daftar kejahatan yang dituduhkan kepada mereka. Insiden macam ini mirip dengan modus pembunuhan misterius (petrus) yang dulu dilakukan diktator Indonesia Soeharto pada para penjahat kambuhan pada 1970-an silam.
BBC|AL JAZEERA|YON DEMA