TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menginginkan rute yang aman segera diatur dan ditetapkan untuk mengevakuasi pasien yang sakit serta pengungsi dari Aleppo, Suriah.
Juru bicara WHO, Fadela Chaib, mengatakan di Aleppo kini hanya tersisa 35 orang dokter yang bertugas menangani ratusan pasien, bahkan ada kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah. "Persediaan medis juga menipis, begitu juga stok darah," kata dia, seperti dilansir dari BBC, Rabu, 28 September 2016.
Rusia yang berada di balik pemerintah Suriah diketahui tetap memaksa tentara setempat meluncurkan serangan ke timur Aleppo setelah gencatan senjata berakhir. Bagian timur Kota Aleppo itu dikendalikan oleh para pemberontak.
Sejak saat itu, serangan demi serangan membombardir Aleppo dan sekitarnya, hingga menewaskan setidaknya 248 orang, termasuk warga sipil.
Amerika Serikat dan sekutunya yang mendukung pemberontak melawan pemerintah Suriah pun mengatakan mengutuk serangan perang yang bertubi-tubi itu, dan menuduh Rusia sebagai kaum yang barbar.
Aleppo adalah salah satu kota terbesar di Suriah dan menjadi penghubung industri dan bisnis negara tersebut. Aleppo sejak 2012 telah terbagi menjadi dua wilayah, dengan bagian barat dikendalikan oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad dan di bagian timur dikuasai oleh pemberontak.
BBC NEWS | GHOIDA RAHMAH