TEMPO.CO, Aleppo - Sejumlah jet tempur melancarkan serangan baru ke kawasan Aleppo, Sabtu, 24 September 2016, yang menyebabkan sedikitnya 100 orang tewas. Keterangan tersebut disampaikan oleh sumber pemberontak, pekerja sosial, dan pemantau hak asasi manusia.
Beberapa warga yang tinggal di kawasan sebelah timur Aleppo yang dikuasai pemberontak mengatakan, kawasan tempat tinggal mereka menjadi target serangan berat sejak pemerintah mendeklarasikan serangan baru yang menewaskan puluhan orang dalam tiga hari terakhir ini.
"Kami sangat menyayangkan serangan lanjutan ini. Banyak pesawat meraung-raung di udara," kata Amm al-Selmo, Kepala Divisi Keamanan di timur Aleppo, kepada kantor berita Reuters.
Menurut pemberontak, gempuran udara pada Sabtu pagi waktu setempat menghantam sedikitnya empat kawasan di daerah yang dikuasai pemberontak di sebelah timur. "Kawasan tersebut dihuni oleh lebih dari 250 ribu orang," kata pemberontak.
Warga lainnya menambahkan, pasukan pemerintah sebelumnya menghentikan serangan. Namun mereka melanjutkan lagi gempuran yang lebih dahsyat daripada sebelumnya, sehingga banyak bangunan hancur.
"Mereka menggunakan senjata khusus untuk menghancurkan gedung," kata seorang pejabat senior di Aleppo, tempat faksi pemberontak bertahan. "Hampir seluruh korban tewas itu tertindih reruntuhan karena lebih dari setengah warga sipil bertahan dipaksa keluar oleh petugas."
Syrian Observatory for Human Rights, lembaga pemantau hak asasi manusia yang bermarkas di London, mengatakan lembaganya mencatat 47 korban tewas sejak Jumat, 23 September 2016, berikut lima anak. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai lebih dari 100 orang.
"Serangan udara itu intensif dan berlangsung terus-menerus," kata Direktur Observatory, Rami Abdulrahman.
Militer Suriah menjelaskan, mereka sengaja menyasar posisi para pemberontak di kota dan menolak menyerang penduduk sipil.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN