TEMPO.CO, Charlotte - Aksi protes warga Charlotte, Amerika Serikat atas penembakan yang dilakukan polisi terhadap seorang lelaki kulit hitam berusia 43 tahun sudah tiga hari berlangsung. Namun, aksi protes yang memasuki hari ketiga pada Jumat malam, 23 September 2016 berubah menjadi tindak kekerasan.
Polisi menyemprotkan lada ke arah demonstran yang berusaha memblokir jalan bebas hambatan di lingkaran I-277.
Penyemprotan lada ke arah pendemo dilakukan sejam sebelum Wali kota Charlotte, Jennifer Robert meneken pemberlakuan jam malam yang efektif mulai dini hari hingga jam 6 pagi.
Para pendemo berteriak kesakitan setelah wajah mereka disemprot lada. "Terbakar," teriak mereka. Beberapa orang menyiramkan air ke wajah mereka.
Pemrotes tidak percaya tudingan polisi bahwa Scott memiliki senjata dan menolak menyerahkan diri. Mereka sambil berdemo berteriak: keadilan tidak ada damai tidak ada
Para demonstran yang sudah tiga hari melakukan aksi protes terus mendesak polisi merilis video untuk membuktikan lelaki kulit hitam bernama Keith Lamont Scott yang ditembak polisi tidak melakukan perlawanan.
Keluarga Scott yang menyaksikan dua video yang merekam penembakan itu mengatakan Scott dengan tenang berjalan pada hari Selasa, 20 September 2016. Tidak ada tindakan agresif ditujukan kepada polisi.
"Saat dia ditembak dan tewas, kedua tangan Scott berada di kedua sisinya, dan dia berjalan mundur perlahan," kata Bamberg, pengacara keluarga Scott, mengutip CNN.
Scott, menurut keluarganya, tidak memiliki senjata atau terbiasa membawa senjata. Scott sedang membaca buku di mobilnya saat polisi itu mendekatinya. Hingga kemudian pria itu ditembak dan tewas di tangan polisi.
CNN | DAILY MAIL | MARIA RITA
Baca:
Tersentuh Derita Anak Suriah, Bocah AS Surati Presiden Obama
Foto Donald Trump Dipajang di Kloset Toilet Bar di Inggris