TEMPO.CO, Damaskus - Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Wijaya Karya (Tbk) berkomitmen untuk membangun Suriah kembali pasca konflik. Sebaliknya, Pemerintah Suriah siap memberikan dukungan kemudahan bagi keterlibatan Indonesia di negaranya.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara delegasi PT Wijaya Karya (WIKA) dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Suriah, Husein Arnous, di Damaskus, 9 September 2016.
“Kami mulai mencanangkan program Rebuild Syria (Membangun kembali Suriah) pasca kehancuran oleh para teroris. Dan kami sangat berharap PT WIKA dari Indonesia dapat terlibat dalam pembangunan pasca konflik,” kata Husein Arnous. Dia menambahkan prioritas Pemerintah Suriah adalah pembangunan gedung yang hancur, seperti rumah, saluran air, rumah sakit, dan sekolah.
Bimo Prasetyo, Manajer Divisi Operasi Timur Tengah dan Afrika Utara PT WIKA, menyampaikan bahwa WIKA telah berpengalaman tinggi pada proyek konstruksi cepat pasca bencana.
“Menghadapi tantangan yang serupa dengan kerusakan Suriah pasca konflik, WIKA berpengalaman dalam pembangunan Aceh pasca bencana tsunami pada 2004 silam,” kata Bimo Prasetyo. Dia menuturkan WIKA dipercaya banyak negara untuk mengerjakan proyek penting. Antara lain, mal dan jembatan di Malaysia, jalan tol di Myanmar, bandara di Thailand, juga Libya, Timor Leste, dan Dubai.”
Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto, menyatakan hubungan Indonesia Suriah mencapai titik yang sangat baik. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus yang tidak hanya tetap bertahan di Damaskus, tetapi juga berkiprah cukup aktif di tengah konflik Suriah.
“Tinggal bagaimana kalangan bisnis di Indonesia dapat memanfaatkan peluang besar di Suriah yang telah terbuka lebar ini menjadi keuntungan ekonomi,” kata Dubes Djoko.
Suriah mengalami konflik berkepanjangan sejak 2012. Kota-kota penting di Suriah hancur akibat serangan mortar dan bom, seperti Aleppo, Idlib, juga beberapa titik penting di ibukota Damaskus. Kondisi ini semakin diperparah dengan munculnya kelompok teroris ISIS yang berpusat di Kota Raqqah.
Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan misi diplomatiknya dengan kepala perwakilan duta besar di ibukota Damaskus.
Selain bertemu dengan menteri terkait, pada hari yang sama, PT WIKA juga bertandang ke Hamsho Group, perusahaan konstruksi terbesar di Suriah. Pada pertemuan itu, dijajaki kerja sama terutama perihal kemampuan lembaga keuangan penjamin dan cara pembayaran, mengingat Suriah masih terbelenggu embargo ekonomi.
Hamsho Group tertarik bekerja sama dengan PT WIKA untuk merenovasi bandara internasional Damaskus dan pembangunan gedung apartemen yang hancur. Hamsho Group merupakan holding company yang menguasai bisnis strategis di Suriah, seperti konstruksi, telekomunikasi, dan media.
Pejabat Fungsi Ekonomi KBRI Damaskus, Makhya Suminar, menyatakan KBRI Damaskus siap memfasilitasi kalangan bisnis di Indonesia yang ingin terlibat dalam pembangunan kembali Suriah. “Peluangnya terbuka sangat lebar. Bahkan Indonesia adalah satu-satunya kedutaan yang hadir pada pameran Rebuild Syria 7—11 September 2016,” kata Makhya.
NATALIA SANTI