TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan siap berdiskusi membahas isu hak asasi manusia (HAM) dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat bertemu di Laos pekan depan.
Namun Duterte memberi syarat, yakni Obama lebih dulu mendengarkannya sebelum bertanya tentang HAM. "Pertama-tama, mereka harus paham masalah sebelum kami bicara hak asasi manusia. Saya mau tekankan, dengarkan saya: ini masalahnya, lalu kita dapat bicara," kata Duterte, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu, 31 Agustus 2016.
Pernyataan Duterte ini untuk merespons pertanyaan, apakah dia bersedia mendiskusikan tentang HAM saat bertemu dengan Obama di Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur pada 6 September 2016 di Laos.
Washington telah menyatakan kepeduliannya mengenai orang-orang yang tewas dibunuh sehubungan dengan kebijakan Duterte perangi narkoba. Duterte, yang diangkat sumpahnya sebagai presiden pada dua bulan lalu, memenuhi janji kampanyenya untuk memberangus narkotik di Filipina.
Hanya dalam tempo kurang dari sebulan sejak Duterte dilantik menjadi presiden pada 30 Juni 2016, jumlah jasad yang ditemukan dalam operasi perang terhadap narkoba mencapai 300 orang. Dari jumlah itu, sekitar 61 orang tewas dibunuh para preman. Dalam operasi perang terhadap narkoba, sekitar 70 ribu pencandu narkoba telah menyerahkan diri kepada pemerintah. Dan kini jumlah yang tewas dalam perang narkoba di Filipina mencapai 2.000 orang.
Pelaku pembunuhan orang-orang yang dianggap jaringan perdagangan narkoba adalah aparat polisi dan aksi main hakim sendiri warga sipil.
CHANNEL NEWS ASIA | ASIA CORRESPONDENT | MARIA RITA