TEMPO.CO, New York-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan dana belasan juta dolar Amerika Serikat (AS) kepada pengusaha dan perusahaan yang merupakan keluarga dan kroni Presiden Suriah Bashar al-Assad. PBB membungkus pemberian dana itu sebagai program kemanusiaan untuk rakyat Suriah.
Seperti dikutip dari Guardian, 29 Agustus 2016, pengusaha pemilik perusahaan di Suriah yang menerima dana dari PBB itu bahkan masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Rinciannya sebagai berikut:
1.PBB telah menyalurkan dana sebesar lebih dari US$ 13 juta atau setara Rp 172 miliar kepada pemerintah Suriah untuk mendorong pertanian dan agrikultur.
2. PBB juga telah menyalurkan dana sedikitnya US$ 4 juta atau Rp 53,1 miliar untuk perusahaan milik pemerintah yang menyuplai minyak. Perusahaan milik pemerintah Suriah ini masuk dalam daftar sanksi Uni Eropa.
3. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan dana lebih dari US$ 5 juta atau setara Rp 66,3 miliar untuk mendukung bank darah nasional Suriah. Bank darah ini dikuasai oleh departemen pertahanan Assad. Dokumen yang diperoleh Guardin menyebutkan, dana yang dikeluarkan untuk mensuplai darah secara langsung berasal dari pendonor yang negaranya memberlakukan sanksi ekonomi kepada pemerintah Suriah. Misalnya Inggris. Dokumen ini juga menunjukkan WHO memperhatikan sepenuhnya penentuan suplai darah apakah diberikan kepada yang membutuhkan atau secara langsung diberikan kepada militer.
4. Dua badan PBB telah bermitra dengan sebuah organisasi karitas Suriah yang dipimpin oleh istri Assad, Asma. Dana yang dikeluarkan untuk organisasi ini US$ 8,5 juta atau Rp 112,8 miliar.
5. Unicef, Badan PBB untuk anak-anak, telah memberikan dana sebesar US$ 267,933 atau Rp 3,5 miliar kepada Asosiasi Al-Bustan yang pemilik dan pengelolalnya adalah Rami Makhloud, orang terkaya di Suria. Makhloud merupakan teman dan sepupu Assad. Asosiasi Al-Bustan ternyata jaringan dari sejumlah kelompok milisi pendukung rezim Assad.
6. Makhlouf menjalankan bisnis jaringan telepon seluler Syratel dan PBB juga telah memberikan bantuan dana ke Makhlouf sedikitnya US$ 700.000 atau Rp 9,2 miliar dalam beberapa tahun terakhir ini. Makhlouf masuk dalam daftar sanksi Uni Eropa dan diplomat AS menggambarkannya sebagai sosok koruptor.
7. Temuan seru lainnya berdasarkan analisa dokumen pengadaan PBB menunjukkan sejumlah badan PBB telah menjalankan bisnis dengan sedikitnya 258 perusahaan milik warga Suriah yang merupakan jaringan Assad atau teman dekatnya. Untuk perusahaan-perusahaan ini sejumlah badan PBB itu membayarkan uang sebesar US$ 54 juta atau Rp 716 miliar, 36 juta pound sterling atau Rp 625,3 miliar hingga terendah sebesar US$ 30,000 atau Rp 398,1 juta.
8. Badan-badan PBB juga membayar biaya hotel senilai US$ 9,296,325.59 dari tahun 2014-2015. Hotel ini di bawah Kementerian Turisme Suriah yang juga masuk daftar sanksi Uni Eropa. Hotel ini diklaim sebagai tempat penginapan teraman bagi personil PBB jika tinggal di ibu kota Suriah.
Dalam pembelaannya, PBB memberikan sejumlah alasan. Misalnya,PBB menjelaskan dana bantuan hanya dapat dikelola dengan mitra berjumlah kecil yang disetujui oleh presiden Assad. Persetujuan Assad diperlukan untuk memastikan uang digunakan secara tepat.
"Terpenting adalah meraih sebanyak mungkin rakyat sipil yang rentan. Pilihan kami di Suriah terbatas dalam konteks ketidakamanan yang tinggi, yang artinya menemukan perusahaan dan mitra yang menjalankan di wilayah terkepung dan sulit dijangkau sungguh menantang," kata juru bicara PBB.
Bantuan dana untuk pemulihan itu, menurut PBB, telah menyelamatkan jutaan manusia dan PBB harus bekerja dengan pemerintahan yang berkuasa jika ingin beroperasi di Suriah.
"Beroperasi di Suriah, dengan konflik yang sekarang memasuki tahun ke enam, membuat pasukan kemanusiaan kesulitan memilih," kata juru bicara PBB menanggapi biaya hotel tempat staf PBB menginap di Suriah.
Menurut PBB, badan dunia ini tidak terikat dengan sanksi yang dikeluarkan AS dan Uni Eropa. PBB hanya terikat pada sanksi yang dikeluarkannya.
GUARDIAN | MARIA RITA