TEMPO.CO, Aden - Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di kamp pelatihan militer di Aden, Yaman, yang menewaskan 70 orang dan melukai 67 lainnya.
Seperti dilansir BBC pada 29 Agustus 2016, kantor berita ISIS, Amaq, mengatakan kelompok itu berada di balik serangan yang berlangsung pada Senin, 29 Agustus 2016, di kamp militer milisi Perlawanan Rakyat pro-pemerintah.
Dalam serangan teror terparah di Yaman tersebut, pelaku menggunakan kendaraan berisi bahan peledak. Kendaraan itu diarahkan ke kamp pelatihan yang sedang sibuk menerima kadet baru yang tengah antre makan.
"Ini pembantaian. Ini jumlah kematian tertinggi dalam serangan yang terjadi di Aden," kata Hakim Almasmari, editor koran Yaman Post, seperti dilansir Al-Jazeera.
Kota pelabuhan di selatan Yaman tersebut selama ini telah dijadikan pusat pemerintahan sementara setelah pemberontak Houthi menguasai Ibu Kota Sana'a. Kota terbesar kedua di Yaman tersebut selama ini menjadi target dari sejumlah pengeboman dan penembakan yang ditujukan untuk para pejabat dan aparat keamanan.
Yaman, negara termiskin di dunia Arab, telah terperangkap dalam perang saudara antara pemerintah yang didukung koalisi, yang dipimpin Arab Saudi, dan pemberontak Syiah Houthi, yang bersekutu dengan unit tentara yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Kekacauan telah memberikan peluang bagi kelompok teroris, seperti ISIS dan Al-Qaeda, untuk terus mencoba meluaskan pengaruhnya di selatan dan tenggara negara itu.
PBB memperkirakan sedikitnya 9.000 orang tewas sejak pertempuran semakin buruk pada Maret tahun lalu serta serangan udara yang dipimpin Saudi mulai menargetkan Houthi dan sekutu mereka. Sekitar 3 juta orang telah meninggalkan rumah mereka.
Pemerintah dan pemberontak telah merespons positif inisiatif negara-negara Teluk untuk mengakhiri konflik. Sehari sebelum terjadi bom bunuh diri di kamp militer di Aden, pemerintah pengasingan Yaman mengatakan akan melakukan pembicaraan damai dengan pemberontak dengan maksud membentuk pemerintah persatuan.
SKY NEWS | BBC | AL-JAZEERA | YON DEMA