TEMPO.CO, Ankara - Bom bunuh diri di pesta pernikahan warga Kurdi di Gaziantep, Turki, Sabtu pekan lalu, masih menyisakan duka. Tidak hanya pelakunya yang masih anak-anak, yakni bocah laki-laki berusia 12 tahun, sebagian besar korban pun masih berusia di bawah 14 tahun.
"Bukti awal menunjukkan itu adalah serangan Daesh," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merujuk pada milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam bahasa Arab.
Angka korban tewas serangan bom bunuh diri tersebut meningkat menjadi 54 orang, 13 di antaranya perempuan. Sedikitnya 22 dari keseluruhan korban berusia di bawah 14 tahun.
Sebanyak 66 orang masih di rumah sakit, 14 di antaranya dalam kondisi kritis. Bom bunuh diri meledak saat ratusan tamu sedang menari di jalanan dalam pesta yang digelar di luar ruangan itu.
"Pesta hampir berakhir, lalu terdengar ledakan keras dari tengah-tengah orang-orang yang sedang menarik," ucap salah seorang saksi. "Darah dan potongan tubuh berserakan di mana-mana."
Pasangan pengantin menderita luka-luka ringan.
Aparat menyatakan angka 54 korban itu tidak termasuk pelaku. Para pejabat Turki kini sedang menunggu hasil tes DNA untuk mengidentifikasi pelaku.
Menurut aparat, bom tersebut berisi potongan-potongan logam, mirip dengan yang digunakan dalam serangan sebelumnya pada pertemuan pro-Kurdi.
Hingga kini, belum ada pihak bertanggung jawab atas serangan tersebut, tapi ISIS tetap tersangka utama.
Gaziantep terletak di dekat perbatasan Suriah. ISIS pernah melakukan serangan di kota itu sebelumnya, termasuk pembunuhan beberapa jurnalis oposisi Suriah yang meliput kejahatan kelompok itu.
BBC | TELEGRAPH | YON DEMA