TEMPO.CO, Rio de Jeneiro- Nasib sial menimpa dua perenang asal Amerika Serikat yang berlaga di Olimpiade Rio 2016. Mereka tidak diizinkan meninggalkan Brasil menyusul insiden perampokan yang menimpa mereka saat di Rio de Jeneiro.
Jack Conger dan Gunnar Bentz dijemput dan dipaksa turun dari pesawat yang hendak membawa mereka pulang ke negaranya. Keduanya ditahan selama beberapa jam pada Rabu, 17 Agustus 2016 malam untuk dimintai keterangan terkait insiden yang melanda mereka pada Minggu, 14 Agustus.
"Kami membenarkan Jack Conger dan Gunnar Bentz telah dipaksa turun dari penerbangan mereka ke Amerika Serikat oleh otoritas Brasil," kata juru bicara Komite Olimpiade Amerika Serikat, Patrick Sandusky, seperti yang dilansir New York Times pada 17 Agustus 2016.
Baca juga:Olimpiade Rio Dihantui Perampokan Bersenjata dan Pencurian
Pihak berwenang Brasil menjemput mereka guna meminta kesaksian keduanya terkait insiden yang dianggap telah mencoreng Brasil sebagai tuan rumah pegelaran olahraga empat tahunan terakbar dunia tersebut.
Insiden itu bermula saat Conger dan Bentz serta dua teman lainnya yang juga perenang, Ryan Lochte dan James Feigen ingin kembali ke perkampungan atlet. Mereka menumpangi taksi dari sebuah acara yang diselenggarakan untuk mempromosikan Perancis, lalu dirampok oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai polisi dan menodongkan pistol ke taksi yang mereka tumpangi.
Ryan Lochte yang merupakan atlet peraih medali emas dalam olimpiade musim panas tersebut kemudian melaporkan kejadian itu ke polisi dan memberikan keterangan bersama Feigen.
Polisi kemudian melakukan investigasi dan menemukan kejanggalan setelah polisi mendapati mereka memberikan kesaksian yang berbeda dan dan dianggap tidak konsisten.
Ketika hendak menanyakan lagi terkait insiden tersebut, polisi mendapati bahwa Feigen dan Lochte sudah tidak berada di perkampungan atlet dan telah kembali ke negaranya. Polisi kemudian mengetahui bahwa Conger dan Bentz masih berada di bandara untuk menunggu penerbangan ke AS.Polisi lantas menjemput keduanya di bandara untuk dimintai keterangan.
Dari hasil pemeriksaan di hadapan polisi, kedua atlit renang AS ini bersaksi bahwa mereka tiba di kampung atlet sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Namun, rekaman kamera pengawas mencatat keempatnya meninggalkan tempat acara sekitar pukul 05:50 pagi waktu setempat dan tiba sekitar pukul 06.56 waktu setempat.
Kejanggalan lainnya, saat pemeriksaan awal Lochte mengaku perampok memberhentikan taksi mereka secara paksa di pinggir jalan, namun pada pemeriksaan selanjutnya dia mengaku taksi mereka dirampok saat berhenti di stasiun pengisian bahan bakar.
Polisi juga kesulitan menemukan pelakunya karena para perenang AS tersebut mengaku sangat mabuk dan tidak mengingat warna taksi yang mereka tumpangi atau di mana tepatnya serangan itu terjadi.
Seorang jaksa di Rio, Andre Buonora, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para perenang tersebut bisa menghadapi tuduhan memberikan kesaksian palsu jika mereka terbukti telah berbohong kepada penyidik.
Perampokan dan pencurian menjamur selama Olimpiade Rio berlangsung. Sasaran perampok mulai dari atlet, wartawan, fotografer, staf humas, hingga pejabat setingkat menteri.
Menteri Pendidikan dan Olahraga Portugal Tiago Brandao Rodrigues dirampok saat kembali ke penginapannya setelah menyaksikan perlombaan balap sepeda dalam Olimpiade Rio pada Minggu, 7 Agustus.
Dua perampok menodongkan pisau ke arah Rodrigues, yang saat itu dikawal ajudannya menuju hotel yang berlokasi di dekat Pantai Ipanema, kawasan elite di Rio. Uang tunai dan telepon seluler milik pejabat tinggi Portugal tersebut berpindah ke tangan perampok.
Para perampok kemudian melarikan diri sambil membawa hasil rampokannya. Namun seorang perampok berhasil ditangkap penduduk setempat kemudian diserahkan kepada polisi.
NY TIMES|FOC NEWS|YON DEMA