TEMPO.CO, Tokyo- Kaisar Jepang Akihito mengisyaratkan dalam pidato terbukanya yang pertama kali di stasiun televisi tentang rencananya untuk turun tahta.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada Senin, 8 Agustus 2016 pukul 15.00 waktu setempat, kata-kata Kaisar Akihito terdengar samar. Ia menjelaskan tentang usianya yang sudah uzur, jadwal sehari-hari yang padat, dan keterbatasan fisiknya.
"Saya prihatin bahwa itu akan menjadi lebih dan lebih sulit bagi saya untuk memenuhi tugas saya sebagai kaisar," katanya dalam rekaman yang berlangsung sekitar 10 menit dan disiarkan di beberapa jaringan televisi Jepang.
Kaisar berusia 82 tahun tersebut pertama kali dilaporkan akan turun tahta pada bulan lalu melalui pemberitaan yang disampaikan NHK. Dalam laporannya pada Juli tersebut, NHK mengatakan bahwa Akihito, yang menjalani operasi jantung dan kanker prostat, ingin melepaskan tahta dalam beberapa tahun lagi. Hal seperti ini belum pernah terjadi dalam sejarah Jepang modern.
Kaisar Jepang sebagai simbol dari "persatuan rakyat" tidak memiliki kekuatan politik. Kaisar Akihito naik tahta setelah kematian ayahnya Kaisar Hirohito tahun 1989. Saat itu Hirohito bertahta selama 64 tahun.
Tidak seperti kebiasaan kerajaan monarki di beberapa negara lainnya, Jepang tidak memiliki ketentuan hukum mengenai monarki yang dipegang oleh keluarga kaisar selama hampir 2700 tahun untuk turun tahta. Dalam hukum Jepang era modern, seorang kaisar akan terus bertahta hingga akhir hayatnya, meskipun banyak kaisar turun tahta di era sebelum modern.
Satu hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa mayoritas rakyat biasa Jepang bersimpati dengan keinginan Kaisar untuk pensiun, tetapi perubahan hukum diperlukan untuk memungkinkan untuk kaisar pensiun.
Jika Akihito turun tahta, maka secara otomatis tahtanya diwariskan kepada puteranya, Pangeran Naruhito, 56 tahun. Ide ini memicu protes dari partai konservatif Perdana Menteri Shinzo Abe, yang khawatir perdebatan tentang masa depan keluarga kerajaan itu dapat menyebar ke topik membiarkan wanita mewarisi dan melepaskan takhta.
Pangeran Naruhito, hanya memiliki seorang anak perempuan, namun dalam keentuannya hanya lelaki yang akan meneruskan tampuk kekaisaran. Adapun masyarakat Jepang percaya jika dipimpin perempuan, mereka akan mendapatkan kesialan dan musibah.
Oleh karena hanya pria yang dapat mewarisi takhta, Naruhito kemungkinan akan melepaskan takhta berikutnya kepada adiknya, Pangeran Akishino dan seterusnya kepada anaknya Hisahito, 9 tahun.
NY TIMES|AL JAZEERA|YON DEMA