TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah lembaga pemberitaan yang dikelola Turki, Anadolu Agency, mengatakan pemerintah memutuskan menutup puluhan organisasi media, termasuk 45 surat kabar dan 16 stasiun televisi.
Kabar tersebut muncul seiring dengan penangkapan puluhan wartawan setelah upaya kudeta militer untuk menggulingkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. "Sekitar 1.700 petugas juga telah resmi diberhentikan dari militer setelah upaya kudeta," kata Anadolu Agency, seperti dikutip CBS News, Kamis, 28 Juli 2016.
Sebelumnya, pemerintah Turki mengeluarkan surat penangkapan terhadap 42 jurnalis yang diduga menjadi komplotan seorang ulama di Amerika Serikat, Fethullah Gulen. Lima dari 42 wartawan itu dikabarkan telah ditahan untuk diinterogasi.
Gulen merupakan sekutu Erdogan yang kini berbalik menjadi musuh. Pemerintah menduga bahwa Gulen merupakan dalang di balik upaya kudeta militer yang bisa digagalkan.
Erol Onderoglu, perwakilan Turki untuk Reporters without Borders, mengatakan surat perintah penangkapan tersebut tidak dibenarkan. "Tidak mungkin mengetahui apakah seseorang terlibat secara serius dengan jaringan Gulen atau terlibat dalam upaya kudeta dengan menggunakan metode tersebut," ujarnya, dikutip The Guardian, Senin lalu.
Onderoglu mengakui pemerintah berhak menyelidiki komplotan kudeta. Namun, dia menuturkan, seharusnya penyelidikan itu dilakukan dengan menghormati kebebasan berekspresi yang menjadi prinsip demokrasi. "Ini berubah menjadi perburuan terhadap jurnalis dan harus dihentikan," ucapnya.
CBS NEWS | THE GUARDIAN | FRISKI RIANA