TEMPO.CO, Amsterdam - Perusahaan Belanda yang memimpin perburuan bawah laut untuk mencari Malaysia Airlines MH370 yang hilang menyebut adanya kemungkinan mencari di lokasi yang salah selama dua tahun terakhir.
Pesawat Boeing 777 itu menghilang 8 Maret 2014 dengan 239 penumpang dan awak didalamnya dalam perjalanan ke Beijing dari Kuala Lumpur.
Insinyur dari kelompok Fugro mengatakan pada Kamis 21 Juli 2016, mereka meyakini pesawat tersebut mungkin sempat melayang beberapa saat setelah jatuh, bukan langsung tenggelam ke dasar lautan. Akibatnya, pesawat tersebut bisa jadi telah menjauh dari lokasi pencarian saat ini.
"Jika tidak ada, berarti itu di tempat lain," kata direktur proyek Fugro, Paul Kennedy, seperti dilansir Guardian pada 21 Juli 2016.
Sementara itu, Kennedy tidak mengecualikan kemungkinan ekstrim yang bisa membuat pesawat tidak mungkin untuk ditemukan di zona pencarian saat ini. Dia dan timnya berpendapat pilihan yang lebih mungkin adalah pesawat melayang sehingga membuatnya berpindah jauh dari daerah ditandai dengan perhitungan dari citra satelit.
Fugro menambahkan bahwa tingkat keyakinan mereka terkait lokasi pencarian yang salah adalah 95 persen. Ini didukung adanya penemuan puing-puing pesawat di daerah yang jauh dari titik pencarian saat ini.
Pencarian yang telah menyusuri lebih dari 120.000 kilometer persegi Samudera Hindia selatan di Australia Barat, diperkirakan akan berakhir dalam tiga bulan. Pencarian bisa saja dihentikan setelah pertemuan para pejabat dari Malaysia, Cina dan Australia pada Jumat besok.
Pertemuan besok akan membahas masa depan pencarian. Ketiga pemerintah sebelumnya telah sepakat bahwa hanya akan melanjutkan pencarian jika ada bukti kredibel yang baru, meskipun ada permintaan dari keluarga korban.
TELEGRAPH | GUARDIAN |YON DEMA