TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam keras penembakan terhadap polisi di Baton Rouge, Ibu Kota Louisiana, Amerika Serikat, Ahad, 17 Juli 2016. Dalam penembakan ini, tiga anggota polisi tewas tertembak dan empat terluka.
"Serangan ini merupakan tindakan pengecut yang tak mewakili siapa pun," kata Obama seperti dikutip The Guardian, Ahad, 17 Juli 2016.
Ini merupakan serangan terhadap polisi yang kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Dalam serangan sebelumnya di Dallas, Texas, lima orang polisi tewas saat mengamankan aksi demonstrasi.
Obama mengatakan serangan ini merupakan serangan terhadap pelayan masyarakat, aturan hukum, dan masyarakat. "Ini harus dihentikan," katanya.
Obama menyatakan dukungan penuh bagi pemerintah setempat, termasuk kepolisian Baton Rouge. Ia meminta agar tak ada kesalahan dalam penyelesaian kasus ini dan menegaskan keadilan akan ditegakkan.
Salah satu calon Presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump, juga turut berkomentar terhadap aksi ini. "Kami berduka atas petugas yang tewas di Baton Rouge hari ini. Berapa banyak penegak hukum dan masyarakat yang harus mati karena kurangnya kepemimpinan di negara kita? Kami menuntut hukum dan ketertiban," tulis Trump dalam akun Facebook resminya.
Pelaku penembakan tewas dalam baku tembak dengan pihak kepolisian. Polisi menegaskan, pelaku hanya ada satu orang dan telah terbunuh.
Belum diketahui motif utama serangan tersebut. Namun, situasi di Baton Rouge memanas setelah polisi menembak mati warga kulit hitam beberapa waktu sebelumnya.
Penembakan oleh polisi itu memicu protes keras di masyarakat dan diduga menjadi penyebab serangan terhadap polisi di Dallas.
THE GUARDIAN | EGI ADYATAMA