TEMPO.CO, Ankara - Harga minyak langsung melambung setelah ada kabar menyeruak ke seluruh dunia mengenai percobaan kudeta militer di Turki pada Jumat dinihari waktu setempat, 15 Juli 2016..
CNBC dalam laporannya pada Sabtu, 16 Juli 2016, menuliskan perdagangan internasional minyak mentah naik sekitar 1,01 persen dengan harga US$ 48,09 per barel atau sekitar Rp 630 ribu per barel. Sementara itu, harga minyak di U.S. Texas Intermediate Crude merayap sekitar 0.72 persen menjadi US$ 46,28 per barel setara dengan Rp 604 ribu per barel.
Turki yang menyambungkan antara wilayah Eropa dan Timur Jauh bukanlah negara produsen minyak besar, namun memiliki peran penting karena negerinya menjadi kawasan jalur pipa penyaluran minyak internasional. Harga minyak juga melangit selama terjadi ketidakstabilan di Timur Tengah.
Suara tembakan senjata api dan jet tempur yang melayang di atas ibu kota Turki, Ankara, pada Jumat, 15 Juli 2016, terdengar jelas setelah Perdana Menteri Binali Yildrim mengatakan bahwa sekelompok militer Turki berusaha menjatuhkan pemerintah.
Secara terpisah, CNBC melaporkan, jembatan Bosphorus Istanbul dan jembatan Fatih Sultan Mehmet ditutup oleh pasukan militer pada Jumat, 15 Juli 2016, sebagaimana dilaporkan oleh televisi lokal, tanpa memberikan alasan jelas. Istanbul berjarak sekitar 515 kilometer dari Ankara, ibu kota pemerintahan Turki.
John Kilduff, dari Again Capital, mengatakan kepada CNBC, peristiwa di Turki benar-benar telah memberikan keuntungan bagi para pedagang minyak. "Kudeta di Turki membuat masyarakat terpojok," kata Kilduff. Dia menambahkan, "Kabar kudeta itu bukanlah isapan jempol bagi bisnis minyak."
CNBC | CHOIRUL AMINUDDIN