TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat melaporkan data terbaru mengenai propaganda milisi ISIS secara online. Gedung Putih menyatakan aktivitas lalu lintas kelompok ekstremis ISIS di media sosial Twitter mengalami penurunan drastis sebanyak 45 persen dibanding dua tahun lalu.
Penurunan tersebut dinyatakan tercatat dalam kurun dua tahun terakhir. Penurunan tercipta berkat dua upaya, menjaga akun tetap offline dan lonjakan perlawanan terhadap pesan ISIS, seperti dilansir Engadget.com, Senin, 11 Juli 2016.
Data yang diperoleh The Associated Press, seperti yang dikutip Engadget, menunjukkan perbandingan 6:1 antara konten berisi seruan melawan ISIS dan konten pro terhadap ISIS. Angka ini menunjukkan perbaikan dibanding data yang dimiliki tahun sebelumnya.
Data juga menunjukkan pengikut atau followers akun Twitter pro-ISIS mengalami penurunan. Pada 2014, pengikut akun pro-ISIS berjumlah 1.500 akun. Namun, pada 2016, data menunjukkan jumlahnya turun menjadi hanya 300 akun Twitter.
Sebelumnya, para pejabat mengakui mereka membuat kesalahan pada awal pertempuran melawan pesan online ISIS. Salah satunya dengan memproduksi banyak pernyataan dalam bahasa Inggris. Kini pemerintah mengaku membuat konten yang lebih relevan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam berkoordinasi dengan sistem militer saat membuat kampanye perlawanan di Internet.
Baca Juga:
Pemerintah Amerika berfokus melakukan perlawanan melalui jejaring sosial Twitter. Hal ini dilakukan karena Twitter merupakan platform yang paling banyak digunakan ISIS untuk menggalang pendukung dan melakukan serangan. ISIS juga menggunakan Facebook dan YouTube untuk melakukan aksi kampanye online-nya.
ENGADGET | MAYA NAWANGWULAN