TEMPO.CO, Paris - Dua politikus terkemuka Prancis menyerukan penghapusan bahasa Inggris dari daftar bahasa resmi Uni Eropa (EU). Seruan tersebut dibuat menyusul keputusan negeri Ratu Elisabeth itu keluar dari EU. Wali Kota Béziers di Prancis selatan Robert Menard mengatakan Inggris tidak lagi memiliki "legitimasi" di Brussels.
Dalam sebuah cuitan di akun Twitter, Menard mengatakan: "Bahasa Inggris tidak memiliki legitimasi di Brussels #Brexit". Dia kemudian menambahkan dalam cuitannya bahwa bahasa Gaelic Irlandia sekarang lebih relevan daripada bahasa Inggris.
Selain Menard, Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai sayap kiri Prancis, mengatakan Inggris tidak bisa lagi menjadi bahasa kerja ketiga dari Uni Eropa. "Inggris tidak bisa lagi menjadi bahasa kerja ketiga dari Parlemen Eropa," katanya menurut IB Times.
EU menggunakan 24 bahasa resmi, dengan bahasa Inggris yang paling dominan dalam komunikasi antara para pejabat. Dalam laporan 2014 oleh Education First, perusahaan pelatihan bahasa internasional, mengungkapkan orang dewasa Prancis diketahui paling lemah dalam hal kemahiran berbahasa Inggris di EU.
Tidak seperti kebanyakan negara Uni Eropa lainnya, Prancis memiliki hubungan yang tegang dengan bahasa Inggris. Pada 1994 pengiklan Prancis diwajibkan menggunakan bahasa nasional mereka dalam upaya untuk membendung masuknya kata-kata yang mengandung bahasa Inggris.
IB TIMES | HUFFINGTON POST | YON DEMA