TEMPO.CO, Las Vegas - Michael Steven Sandford, 20 tahun, yang didakwa berusaha menembak Donald Trump, mengaku berniat membunuh calon Presiden Amerika Serikat itu setahun lalu. Pernyataan itu disampaikan warga Inggris ini dalam sidang pengadilan di Nevada, Senin, 20 Juni 2016.
Sandford tidak mengajukan permohonan banding. Ia pun akan ditahan sampai 5 Juli 2016. Ia didakwa atas aksi kekerasan di area terlarang.
Sandford berusaha merebut pistol saat akan meminta tanda tangan Donald Trump pada kampanye, Sabtu, 18 Juni 2016. Penembakan ini telah direncanakan dalam satu tahun, tapi baru dilakukan setelah ia merasa percaya diri. Hakim Federal menyatakan Sandford merupakan ancaman.
Donald Trump memecat manajer kampanye, Corey Lewandowski, yang selama ini berperan untuk kemenangan-kemenangan besarnya. Kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 sejauh ini banyak diwarnai aksi kekerasan. Hampir setiap kampanye Trump diramaikan dengan aksi demo penentangnya.
Maret lalu, di Ohio, aparat keamanan harus mengambil tindakan setelah seorang pria mencoba melompat ke panggung saat Trump berpidato. Beberapa acara Trump juga terpaksa dibatalkan karena masalah keamanan.
Dalam pemeriksaan, Sandford mengaku tidak pernah menggunakan pistol. Dia baru belajar menembak saat berkunjung ke arena tembak di Las Vegas, 17 Juni 2016.
Sandford mengaku berusaha merebut pistol karena senjata itu sedang dalam keadaan tidak dikunci. Menurut dia, itu adalah cara termudah untuk menembak Trump. Dia juga sadar hanya punya kesempatan menembak satu atau dua kali. Ia pun menduga akan ikut tewas dalam usaha penembakan tersebut.
Sandford juga bersiap melakukan aksinya di Phoenix jika upayanya Sabtu lalu gagal.
Sandford berada di Amerika selama 1 tahun 6 bulan dan tinggal secara ilegal di mobil miliknya. Ia tidak bekerja.
BBC | Idke Dibramanty Yousha | YY