TEMPO.CO, Washington - Bakal calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, menyebutkan insiden penembakan di Pulse Nightclub, Orlando, Florida, sebagai bentuk teror kelompok muslim radikal di tengah membeludaknya imigran di negara tersebut. Kejadian ini, semakin menguatkan usulan Trump untuk menangguhkan imigrasi dari negara dengan sejarah terorisme.
Dalam pidato tentang National Security di New Hampshire, Trump mengatakan sudah waktunya untuk membuka kebenaran tentang Islam radikal. Omar Mateen, pelaku penembakan yang menewaskan 49 orang tewas, kata Trump, seperti dilansir Reuters, adalah bukti kesetiaan untuk kelompok pemberontak Negara Islam.
"Jika kita ingin melindungi kualitas hidup untuk semua orang Amerika, wanita dan anak-anak, gay, dan lurus, Yahudi dan Kristen dan semua orang, maka kita perlu untuk mengatakan kebenaran tentang Islam radikal," kata Trump, Senin waktu setempat, 13 Juni 2016.
Komentar Trump kontras dengan Hillary Clinton, pesaingnya dalam bursa calon presiden Amerika Serikat pada November 2016. Sebelumnya, Hillary mendesak agar Amerika meningkatkan penguatan intelijen dan meningkatkan serangan udara di wilayah Negara Islam.
Trump menegur kebijakan Clinton yang akan membuka pintu untuk ratusan ribu pengungsi dari Timur Tengah untuk masuk ke Amerika Serikat tanpa langkah-langkah keamanan yang memadai. Sebaliknya, Trump akan menggunakan otoritas eksekutif kepresidenan untuk menerapkan kontrol kuat terhadap pintu imigrasi untuk melindungi Amerika dari serangan teror.
Trump bakal memoratorium masuknya orang muslim untuk menopang keamanan nasional. "Ketika saya terpilih, saya akan menangguhkan imigrasi dari daerah di dunia di mana ada sejarah membuktikan terorisme terhadap Amerika Serikat, Eropa, atau sekutu kami sampai kami dapat sepenuhnya memahami bagaimana untuk mengakhiri ancaman ini," katanya.
REUTERS | ARKHELAUS WISNU