TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan penembakan massal di sebuah klub di Orlando adalah tindakan teror. Obama mengucapkan belasungkawa atas peristiwa yang terjadi pada Minggu, 12 Juni 2016, itu.
"Kita cukup tahu untuk mengatakan ini adalah aksi teror dan tindak kebencian," kata Obama di Gedung Putih. "FBI menyelidiki ini sebagai aksi teror. Kami akan pergi ke mana pun fakta-fakta membawa kami. Yang jelas, dia adalah orang yang penuh dengan kebencian."
Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka dalam penembakan massal mematikan yang menjadi sejarah Amerika. Obama mengatakan pelakunya bisa saja salah satu dari masyarakat Amerika. “Ini adalah hari yang sangat memilukan bagi teman-teman kita yang lesbian, gay, biseksual, atau transgender."
Donald Trump, bakal calon presiden dari Partai Republik, mengatakan Obama terlalu takut dalam pidatonya di Gedung Putih. "Presiden Obama memalukan, bahkan menolak mengucapkan kata-kata ‘radikal Islam’," ujar Trump dalam pernyataannya pada Minggu sore.
Trump meminta Obama mundur dari kursi kepresidenan dan menantang bakal calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, berbicara tegas tentang ancaman teror. "Untuk alasan itu saja, ia harus mundur. Jika Hillary Clinton setelah serangan ini masih tidak bisa mengatakan dua kata, 'radikal Islam', dia harus keluar dari lomba tersebut untuk kepresidenan."
CNN | REZKI ALVIONITASARI