TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Fiji menandatangani nota kesepahaman (MoU) penanggulangan bencana. Nota kesepahaman tersebut dilakukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei bersama Menteri Pertanian, Pembangunan Maritim, dan Penanggulangan Bencana Fiji, Inia Seruiratu, di Suva, Fiji, Senin, 6 Juni 2016.
Willem mengatakan nota kesepahaman tersebut adalah terobosan kerja sama bilateral kedua negara dalam penanggulangan bencana setelah amukan topan Winston pada Februari 2016. MoU ini, kata Willem, adalah awal dari hubungan kerja sama pada bidang bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
“Pemerintah Indonesia selalu siap dalam mendukung pemerintah Fiji atas nama kemanusiaan,” kata Willem dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo di Jakarta, Selasa, 7 Juli 2016.
Adapun Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pemulihan dini pascabencana topan Winston yang melanda Fiji masih berlangsung hingga kini. Sebanyak 70 personel Zeni TNI Angkatan Darat masih menyelesaikan pembangunan kompleks sekolah Queen Victoria School (QVS) yang hancur pascabencana.
Sutopo menambahkan, QVS ditargetkan selesai pada Agustus 2016. Saat ini, petugas sedang merampungkan fasilitas penunjang sekolah, seperti laboratorium, aula, dan asrama. "QVS telah rampung sekitar 5 persen," ujar Sutopo.
Topan Winston berkecepatan 320 kilometer per jam pada Februari 2016 mengakibatkan lebih dari 40 orang meninggal dunia. Sekitar 350 ribu atau 40 persen warga menjadi korban topan ini. Ribuan warga mengungsi di tempat-tempat evakuasi, seperti di wilayah Pulau Viti Levu dan Koro. Topan tersebut merupakan salah satu topan terbesar yang pernah melanda Fiji.
ARKHELAUS W.