TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi akan menghadiri konferensi perdamaian Timur Tengah di Paris, Prancis, 3 Juni 2016. Pertemuan yang diprakarsai oleh Prancis itu bertujuan untuk membangkitkan kembali perundingan damai antara Palestina dan Israel.
“Ini inisiatif untuk memulai suatu proses perundingan Palestina-Israel, saat proses terakhir yang diupayakan Amerika Serikat berhenti pada 2014, Kuartet Timur Tengah tidak juga membuahkan hasil sehingga Prancis mengambil inisiatif proses baru yang lebih banyak melibatkan negara-negara,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, dalam brifing media di Jakarta, Rabu, 1 Juni 2016. Dia menambahkan, Prancis tidak memberikan informasi detail mengenai acara tersebut.
Pertemuan akan dihadiri Kuartet Timur Tengah, yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), juga Liga Arab, Dewan Keamanan PBB, serta 20 negara lainnya, seperti Belanda, Norwegia, Swedia, Swiss, Irlandia, Kanada, Polandia, Arab Saudi, Spanyol, Turki, Yordania, dan Maroko.
Menurut Arrmanatha, Indonesia saat ini menjadi satu-satunya negara di Asia yang menghadiri pertemuan bertajuk International Peace Conference di Paris tersebut.
Negara-negara yang diundang adalah yang selama ini memberikan banyak bantuan kepada Palestina, termasuk Indonesia. “Saat Prancis menyampaikan inisiatif ini, Menlu memberikan beberapa masukan, seperti harus melihat perundingan dari perspektif lain, misalnya dari Indonesia yang memiliki populasi Islam terbesar di dunia, tapi tidak berada di kawasan,” tutur Arrmanatha. Selain itu, Indonesia berpengalaman dengan upaya proses perdamaian, misalnya di Kamboja dan Filipina.
Hamdan Basyar, pengamat Timur Tengah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan keikutsertaan Indonesia dalam pertemuan di Paris itu menjadi bukti komitmen Presiden Joko Widodo memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Meski demikian, dia meragukan pertemuan itu bisa menghasilkan terobosan, mengingat posisi pemerintah Israel tidak menginginkan Palestina merdeka.
“Indonesia posisinya memang jelas, mendukung sebuah negara Palestina, two state solution. Solusi yang ditawarkan banyak negara, tapi Israel tidak mau seperti itu. Israel tidak setuju Palestina merdeka. Komunitas Palestina iya, tapi Palestina merdeka tidak setuju sampai sekarang,” kata Hamdan kepada Tempo.
Menurut Arrmanatha, Prancis berusaha menggalang dan mendorong masyarakat internasional untuk menuju solusi dua negara serta insentif bagi Palestina dan Israel jika keduanya sepakat membahas perdamaian.
NATALIA SANTI