Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dipecat ANU, Ini Tanggapan Indonesianist Robert Cribb  

image-gnews
Professor Robert Cribb. youtube.com
Professor Robert Cribb. youtube.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Robert Cribb, pengajar di School of Culture History and Language (CHL) Universitas Nasional Australia (Australian National University) menjadi idola para mahasiswanya dari berbagai negara termasuk dari Indonesia. Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam meneguhkan Robert sebagai pioner sejarah pembantaian pengikut Partai Komunis Indonesia tahun 1965.

Robert membahas pembantaian massal 1965 dengan memberi judul pada hasil penelitiannya: The Origins of Massacre in Indonesia. 

Disamping kualitas akademis Robert sehingga dijuluki Indonesianist dari Australia, penampilan dan karakternya juga membekas dalam benak rekan kerjanya dan bekas muridnya. Misalnya Herry Astaty yang mengaku kagum dengan dedikasi dengan tutur bahasa  halus dan rendah hati.

"Prof Cribb adalah seorang ilmuwan yang sangat ahli dan berdedikasi di bidangnya, dicintai oleh mahasiswa dan koleganya, menguasai banyak bahasa dan budaya," kata Herry kepada Tempo melalui chatting di Facebook, Senin malam, 23 Mei 2016.

Saat Robert memberikan kuliah di Universitas Andalas, Padang, Herry hadir untuk mengikuti kuliahnya. Ia juga banyak terlibat dalam seminar yang mengikusertakan Robert. : Saya akan sangat berbahagia untuk melakukan apapun untuk seorang teman senjata  seperti Robert Cribb. Beliau adalah guru sekaligus teman sejati," ujar Herry. 

Baik Asvi maupun Herry memberikan dukungan kepada Robert yang mendadak dipecat oleh Dekan CHL tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu. Asvi bahkan mengaku ikut menandatangani petisi yang isinya meminta ANU memperkerjakan kembali Robert dan 11 staf lainnya dan membuka kembali kampus CHL. 

Robert terkejut dengan dukungan yang datang dari para kolega, teman-temannya, dan mantan mahasiswanya agar ANU tidak memecat dirinya dan tidak menutup CHL yang diklaim terbaik di dunia untuk bidang studi Asia dan Pasifik.

"Saya sangat beruntung  memiliki teman-teman yang setia," kata Robert kepada Maria Rita dari Tempo melalui surat elektroniknya Senin malam, 23 Mei 2016. Berikut isi wawancaranya.


Bagaimana  Anda diberitahu tentang pemberhentian Anda dari CHL pada 9 Mei 2016?

Setiap staf CHL bertemu Dekan secara pribadi dan menerima berita misalnya apakah dia telah dipindahkan ke fakultas baru atau dijadwalkan untuk diberhentikan. Mereka yang akan diberhentikan kemudian bertemua dengan staf personalia untuk menerima
informasi tentang persiapan pemberhentian.Menurut saya, kami berduabelas akan diberhentikan, namun beberapa orang belum bersedia mengungkapkan apa yang terjadi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah Anda menerima putusan ANU yang memecat Anda secara sepihak?Jika tidak, apakah Anda melihat ada peluang untuk memulihkan posisi Anda dan staf lainnya?
Saat saya menerima kabar dari Dekan, saya mempersiapkan kepergian saya. Saya tahu sangat sulit melakukan perlawanan hukum atau mengubah cara pandang seorang dekan yang telah menyampaikan sikapnya.

Rekan-rekan Anda membuat petisi memprotes ANU atas pemecatan Anda dan penutupan CHL. Petisi ini dibagikan kepada rekan-rekan mereka di seluruh dunia. Apa tanggapan Anda?
Saya sangat kaget dan gembira begitu banyak teman dan rekan kerja bergabung untuk mendukung saya. Ini sinyal luar biasa betapa masih tangguh komunitas global studi Indonesia.Saya sangat beruntung memiliki teman-teman yang setia. Apa yang terjadi sekarang tidak pasti. Wakil Rektor telah memberitahukan saya bahwa dia sedang mempertimbangkan kasus ini. Saya berharap kami segera menemukan apakah akan ada perubahan.

Apa yang terjadi sebenarnya di balik keputusan ANU memecat 12 staf dan akan menutup CHL? Anda juga salah satu pendiri CHL.
CHL merupakah hasil merger Fakultas Studi Asia dengan sejumlah departemen riset Fakultas Studi Pasifik dan Asia. CHL memiliki disiplin ilmu yang luas (sastrawi, sejarah, antropologi, studi budaya, bahaa dan arkeologi), memiliki bidang  penelitian yang luas  (seluruh Asia dan Pasifik) dan bidang model kerja juga luas (dari hanya riset hingga belajar intensif).  Keragaman ini menimbulkan kesulitan bagi  kampus  untuk bekerja sama dan struktur internal Fakultas sangat tidak jelas, artinya pembuatan keputusan jadi lamban dan sering tidak efektif. Ketika masalah keuangan mulai berkembang, kami tidak punya  cara untuk mengatasinya. Administrasi kampus (level administrasi ini di atas Fakultas) juga membuatnya (CHL) kesulitan untuk mengambil inisiatif.  Dalam kondisi seperti ini, kami jadi berutang. Sayangnya, universitas meresponsnya dengan mengurangi  jumlah staf dan menutup fakultas, ketimbang mencari jalan keluar yang pantas.

Mengapa Anda tertarik mempelajari sejarah dan budaya Indonesia?
Saya belajar sejarah Indonesia di sekolah dan terpesona dengan perjuangan nasionalis Indonesia melawan Belanda. Saya terkesan dengan cara para pemimpin nasionalis menghasilkan ide-ide dan mengorganisir rakyat untuk melawan kolonialisme, dan dengan keberhasilan revolusi Indonesia melawan Belanda tahun 1940. Belakangan saya menjadi tertarik dalam hal lain khususnya tentang orang Indonesia melakukan kekerasan yang luar biasa, sementara masih berlangsung  perlawanan yang sungguh mulia dari para pejuang nasional. Ini paradoks dalam sejarah Indonesia yang masih membutuhkan penjelasan utuh.

Rekan-rekan Anda mengatakan Anda sebagai Indonesianist terbaik. Apa yang Anda di benak Anda tentang predikat ini?
Ada banyak spesialis Indonesia yang hebat. Saya hanya beruntung bekerja dengan topik-topik yang disukai orang-orang. 

Setelah dipecat, apa rencana Anda berikutnya? Apakah seseorang menawarkan Anda pekerjaan atau mungkin Anda akan ke Indonesia?
Saya sedang mencari kemungkinan bekerja setelah keluar dari ANU. Saya berharap dapat bekerja di wilayah Asia Tenggara. Mungkin di Indonesia, namun belum ada yang pasti. Boleh jadi ANU akan mengubah pemikirannya. Sementara ini saya memiliki banyak hal yang bisa saya tulis mengenai ASEAN, kejahatan dalam perang Jawa di Indonesia, mengenai 1965 di Indonesia, mengenai rekonsiliasi, mengenai pemilihan selama periode revolusi, dan masih banyak lagi!

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Singgung AUKUS, Indonesia Ajak Australia Jaga Perdamaian Indo-Pasifik

10 Februari 2023

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong di Canberra, Kamis, 9 Februari 2023. Dokumentasi Kantor PM Australia
Singgung AUKUS, Indonesia Ajak Australia Jaga Perdamaian Indo-Pasifik

Indonesia desak Australia untuk bersama-sama menjaga perdamaian Indo-Pasifik, di tengah bayang kekuatan besar seperti China dan Amerika Serikat.


PM Australia Segera Kerahkan Menteri untuk Revitalisasi Dagang dengan RI

7 Juni 2022

Presiden Jokowi (kanan) bersalaman dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) seusai menyampaikan pernyataan pers di Istana Kepresidenan Bogor, Senin, 6 Juni 2022. ANTARA/Sigid Kurniawan
PM Australia Segera Kerahkan Menteri untuk Revitalisasi Dagang dengan RI

PM Australia Anthony Albanese mengatakan revitalisasi hubungan perdagangan dan investasi dengan RI adalah prioritas di prioritas pemerintahannya.


Alasan Jokowi Ajak PM Australia Gowes Pakai Sepeda Bambu

6 Juni 2022

Presiden Joko Widodo dan PM Australia Anthony Albanese menuntut sepeda menuju Resto Raasaa di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Senin, 6 Juni 2022. Laily Rachev/Indonesia's Presidential Palace/Handout via REUTERS
Alasan Jokowi Ajak PM Australia Gowes Pakai Sepeda Bambu

Albanese menganggap ajakan Jokowi untuk naik sepeda bambu ini sebagai sebuah kehormatan besar.


Jokowi Beberkan 5 Poin Hasil Pertemuan Bilateral dengan PM Australia

6 Juni 2022

Perdana Menteri terpilih Australia, Anthony Albanese, dan Presiden Joko Widodo bertemu di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 6 Juni 2022. Sumber: youtube Sekretariat Presiden
Jokowi Beberkan 5 Poin Hasil Pertemuan Bilateral dengan PM Australia

Jokowi mengatakan isu yang dibicarakan ialah seputar perdagangan dan investasi kedua negara.


Temui Jokowi, PM Australia Ingin Revitalisasi Hubungan Dagang dengan RI

6 Juni 2022

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Presiden Joko Widodo bersepeda bersama di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 6 Juni 2022. Sumber: youtube Sekretariat Presiden
Temui Jokowi, PM Australia Ingin Revitalisasi Hubungan Dagang dengan RI

Albanese merupakan pemimpin terpilih Australia yang baru dilantik pada 23 Mei lalu.


Warga Australia Antusias Belajar Gamelan Bali dan Angklung dari KBRI Canberra

17 Oktober 2021

Seniman asal Bali yang juga staf KBRI Canberra, I Gede Eka Riadi, sedang melatih gamelan Bali kepada mahasiswa Australia peserta workshop daring In-Country Training Activities yang digelar KBRI Canberra, Australia, 12 Oktober 2021.[KBRI Canberra]
Warga Australia Antusias Belajar Gamelan Bali dan Angklung dari KBRI Canberra

Para Mahasiswa dari Defence Force School of Languages Australia di Canberra antusias belajar gamelan Bali dan angklung dari workshop KBRI Canberra.


Indonesia Cultural Circle Pamer Pesona Nusa Tenggara Timur ke Australia

20 Juni 2021

Tari Bolelebo khas Provinsi Nusa Tenggara Timur ditampilkan dalam acara Indonesia Cultural Circle (ICC) di KBRI Canberra, Canberra, Australia, 18 Juni 2021.[KBRI Canberra]
Indonesia Cultural Circle Pamer Pesona Nusa Tenggara Timur ke Australia

Masyarakat Australia dan kalangan diplomatik terpikat keindahan Nusa Tenggara Timur ketika menghadiri Indonesia Cultural Circle (ICC) KBRI Canberra.


Festival Indonesia Meriahkan Kota Kecil di Pantai Utara Australia

2 Juni 2021

Pameran produk Indonesia dalam acara ASYIK Indonesia Arts Festival di kota Scott Head di negara bagian News South Wales, Australia, 30 Mei 2021.[KBRI Canberra]
Festival Indonesia Meriahkan Kota Kecil di Pantai Utara Australia

Festival Indonesia, ASYIK Indonesia Arts Festival, menampilkan pertunjukan budaya Indonesia ke penduduk kota pesisir Australia di New South Wales.


Kemendag RI dan KBRI Canberra Fasilitasi MoU BUMN dengan Perusahaan Australia

28 Mei 2021

Acara penandatanganan MoU antara PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI/Persero) dan N Brothers Ltd/Import Station Trading Pty Ltd yang dilakukan di KBRI Canberra, Australia, 25 Mei 2021.[KBRI Canberra]
Kemendag RI dan KBRI Canberra Fasilitasi MoU BUMN dengan Perusahaan Australia

MoU antara PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI/Persero) dan N Brothers Ltd/Import Station Trading Pty Ltd dilakukan di KBRI Canberra, Australia.


Indofest 2021 Australia Obati Kerinduan akan Indonesia

31 Maret 2021

Foto bersama siswa-siswi sekolah dasar Australia yang tampil menyanyikan lagu berbahasa Indonesia dalam acara budaya Indofest 2021 di Pinky Falt Park, War Memorial Drive, Adelaide, Australia Selatan, 28 Maret 2021.[KBRI Canberra]
Indofest 2021 Australia Obati Kerinduan akan Indonesia

Festival Indonesia terbesar di Australia, Indofest, menampilkan budaya dan kuliner nusantara untuk mengobati kerinduan terhadap Indonesia.