TEMPO.CO, Sydney - Salah satu fakultas terpenting di Australian National University (ANU), yakni School of Culture, History, and Language (CHL), segera ditutup oleh rektorat. Menyusul rencana penutupan tersebut, 12 staf profesional CHL ikut dipecat. Proses pemecatan ini tanpa diinformasikan lebih dulu kepada para staf.
Sontak rencana tersebut mengejutkan banyak pihak, terutama dari kalangan akademikus yang peduli terhadap studi Asia Tenggara dan Indonesia serta mahasiswa dan juga alumnus CHL.
CHL di bawah ANU didirikan untuk meneliti dan mempelajari kehidupan sosial masyarakat, budaya dan bahasa, serta lingkungan dari Asia dan Pasifik. Penelitian yang dilakukan telah diakui, meliputi bidang arkeologi dan sejarah alam, antropologi, jenis kelamin, media dan kajian budaya, sejarah, linguistik, dan sosial-politik dari hampir seluruh wilayah di Asia dan Pasifik.
Baca juga: Indonesianist Asal Australia, Robert Cribb, Dipecat dari ANU
Sebuah tinjauan eksternal yang dilakukan panel independen ahli internasional menyimpulkan bahwa CHL memiliki reputasi nasional dan internasional yang luar biasa sebagai salah satu konsentrasi terkemuka di dunia dalam humaniora dan interpretatif penelitian ilmu sosial di kawasan Asia dan Pasifik.
CHL sudah memiliki lebih dari seribu mahasiswa, baik yang telah lulus maupun masih mengemban pendidikan di akademi tersebut. Selain warga Australia, terdapat juga mahasiswa dari seluruh dunia, terutama dari kawasan Asia Tenggara.
Jika CHL ditutup seperti dikutip dari CHLA.AU, banyak mahasiswa yang akan mengalami kerugian, terutama mahasiswa internasional. Rata-rata mahasiswa dari luar negeri belajar di CHL menggunakan program beasiswa. Apabila fakultas itu ditutup, otomatis para mahasiswa itu akan pulang ke negaranya dengan tangan kosong.
Baca juga: Tolak Robert Cribb Dipecat, Akademikus Buat Petisi Protes ANU
Selain itu, para alumnus yang telah mengandalkan gelar sarjana dan magister dari kampus tersebut akan dipertanyakan keabsahan gelarnya.
Yang juga disesalkan dari keputusan ANU adalah profesor asal Australia yang dikenal sebagai pemerhati dan pencinta Indonesia, Robert Cribb, juga turut dipecat. Para kritikus menganggap penghapusan fakultas serta staf profesionalnya tersebut adalah kerugian besar.
"Penutupan dan pemecatan staf di UCL akan berdampak pada konsentrasi terbesar keahlian bahasa Pasifik, Asia, di Australia," kata ahli bahasa terkenal di dunia, Profesor Nick Evans.
Para pakar menganggap bahwa memahami Indonesia, negara terbesar di Asia Tenggara, penting bagi kepentingan nasional Australia. Salah satu mitra dagang utama Australia, Indonesia, adalah rumah bagi sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Indonesia juga tujuan wisata kedua paling populer untuk turis Australia setelah Selandia Baru.
Keputusan penutupan serta pemecatan staf datang setelah proses kajian internal selama 18 bulan sejak 2014. Manajemen universitas berpendapat bahwa tinjauan diperlukan untuk menyelesaikan salah urus keuangan pada masa lalu yang membuat pihaknya mengalami defisit lebih dari Aus$ 1 juta (Rp 9,8 miliar).
CHL.AU | ASAA.AU | YON DEMA