TEMPO.CO, Jakarta - Media online investigasi The Intercept mempublikasikan sisa file milik mantan anggota Badan Keamanan Amerika Serikat atau National Security Agency (NSA), Edward Snowden, Selasa kemarin, 16 Mei 2016. Dalam file tersebut terdapat 166 artikel bocoran dokumen internal NSA. Salah satunya tentang peran intelijen dalam perang Irak.
Intelijen NSA diketahui memainkan peran kunci untuk mempersiapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melancarkan invasi Amerika ke Irak dan membantu proses pendudukan wilayah. Sementara itu, agen-agen senior berperan menemui pemeriksa kejam di penjara Abu Ghraib.
Baca Juga: Untuk Alasan Ini, Edward Snowden Nekad Tuntut Norwegia
Aktivitas agen-agen di Irak itu tercatat dalam jurnal Signals Intelligence Directorate (SID) bertajuk SIDtoday. Topik dalam jurnal itu dimulai pada Maret 2003 hingga 2012. “Upaya yang dilakukan ini penting untuk (melancarkan) rencana Amerika dan mendukung misi PBB melanjutkan kampanye diplomatik melawan Irak,” tulis Chris Inglis, Deputi Direktur Analisis dan Produksi, sebagaimana tercatat dalam SIDtoday.
NSA menggandakan jumlah intelijennya, menyediakan delegasi Amerika untuk PBB selama invasi ke Irak, guna meningkatkan pasokan informasi kunci. The Geospatial Exploitation Office (GEO) bahkan merilis sebuah website khusus untuk NSA, yang berguna memantau, mengakses, dan menganalisis data lokasi sistem komunikasi personal dan seluruh aktivitas di Irak. Fitur khusus lainnya, yang disediakan untuk NSA, adalah kemudahan identifikasi dan pelacakan komputer sejumlah petinggi Irak.
THE INTERCEPT | GHOIDA RAHMAH